Sejumlah peristiwa terjadi pada Senin (5/10) yang dirangkum dalam kilas internasional. Mulai dari Trump meninggalkan rumah sakit hingga China enggan ekspor jet tempur siluman J-20.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan akan meninggalkan rumah sakit tempatnya dirawat karena Covid-19. Trump merasa kondisinya telah membaik saat ini.
Dia pun meminta kepada warga AS agar tidak takut dengan Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Merasa sangat baik! Jangan takut Covid. Jangan biarkan [penyakit] itu mendominasi hidup Anda," kata Trump dalam unggahan di Twitter, Selasa (6/10) dini hari.
Trump mengumumkan akan kembali ke Gedung Putih pada pukul 18.30 waktu setempat. Dia dirawat di Rumah Sakit Militer Walter Reed sejak Jumat (2/10) setelah dinyatakan positif Covid-19.
Pakistan membantah laporan media India yang menyebut jika mereka telah mengerahkan tentara untuk bergabung dengan pasukan Azerbaijan menghadapi Armenia di Nagorno-Karabakh.
Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan mengatakan jika laporan tersebut 'tidak bertanggung jawab, spekulatif, dan tidak berdasar'. Pakistan juga menegaskan posisinya atas konflik tersebut dan mengatakan prihatin atas eksklasi di wilayah tersebut.
"Penembakan intensif oleh pasukan Armenia terhadap penduduk sipil Azerbaijan sangatlah tercela dan sangat disayangkan. Ini dapat membahayakan perdamaian dan keamanan di seluruh wilayah. Armenia harus menghentikan aksi militernya untuk menghindari eskalasi lebih lanjut," tulis pernyataan tersebut seperti dilaporkan kantor berita Anadolu.
"Pakistan mendukung posisi Azerbaijan di Nagorno-Karabakh yang sejalan dengan beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB yang diadopsi dengan suara bulat."
Pemerintah China menyatakan tidak akan pernah mengekspor atau berniat untuk mencoba mengekspor jet tempur siluman J-20 ke negara mana pun.
Setelah J-20 buatan Chengdu debut pada 2011, analis Barat berasumsi bahwa pesawat tempur bermesin ganda yang besar dan bersudut itu akan seperti kebanyakan senjata lainnya, yakni akan menjadi komoditas ekspor.
Tapi ternyata Beijing memutuskan untuk mempertahankan kemampuan militer kelas atas J-20 untuk negaranya sendiri. Menurut perkiraan pemerintah China, uang tunai yang didapat dari penjualan pesawat itu tak sepadan dengan menyerahkan rahasia pesawat tempur yang dapat menghindari radar tersebut.
Dalam wawancara pada Desember 2014 dengan program berita Phoenix TV China, mantan Perwira di kekuatan rudal strategis Beijing, Song Zhongping, mengungkapkan alasan di balik larangan ekspor tersebut.
"Ekspor teknologi militer China yang canggih (memang) dilarang. Ini untuk menjaga teknologi generasi kelima J-20 dari tangan musuh," kata Song dikutip dari National Interest.
(evn)