Uni Eropa menyatakan keprihatinannya atas laporan pelanggaran gencatan senjata antara dua negara yang bertikai, Armenia dan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh.
"Kami mencatat dengan sangat prihatin laporan kegiatan militer yang terus berlanjut, termasuk terhadap sasaran sipil, serta korban sipil," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP, Senin (12/10).
Dalam kesempatan itu, 27 negara anggota Uni Eropa mendesak kedua pihak untuk memastikan penghormatan penuh atas perjanjian di lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Borrell mendorong pihak "untuk terlibat dalam negosiasi substantif".
Pernyataan itu muncul setelah gencatan senjata pada hari Sabtu dengan cepat dipatahkan oleh lebih banyak pertempuran. Kedua belah pihak menuduh satu sama lain bertanggung jawab atas pertikaian yang terjadi.
Mulanya, Borrell menyambut baik gencatan senjata itu dan meminta semua pihak untuk "secara ketat mematuhinya".
Lihat juga:Kisah Pilu Korban Konflik Armenia-Azerbaijan |
Kemarin, pemerintah Azerbaijan mengklaim serangan yang dilancarkan oleh pasukan Armenia pada Sabtu (10/10) malam menyebabkan tujuh orang tewas. Serangan dilancarkan satu hari setelah kedua pihak menyetujui gencatan senjata.
"Sebuah serangan rudal baru oleh pasukan Armenia di kawasan permukiman menyebabkan tujuh orang tewas dan 33 terluka, termasuk anak-anak," tulis Kementerian Luar Negeri Azerbaijan melalui akun Twitter-nya, melansir AFP.
Seorang jurnalis AFP di Stepanakert, ibu kota wilayah Nagorno-Karabakh, melaporkan telah mendengar suara ledakan keras sepanjang malam.
(ain/ain)