Embargo senjata PBB yang telah berlangsung satu dekade terhadap Iran berakhir Minggu (18/10). Sanksi itu melarang Iran melakukan jual beli senjata dengan negara lain.
Namun Amerika Serikat menolak hal itu dan mengancam untuk memberi sanksi pada siapa saja yang menjual senjata ke Iran.
"Amerika Serikat siap menggunakan otoritas domestik untuk memberikan sanksi kepada individu atau entitas yang secara material berkontribusi pada pasokan, penjualan, atau transfer senjata konvensional ke atau dari Iran, serta mereka yang akan memberikan pelatihan teknis, dukungan keuangan, dan layanan, serta bantuan lain yang terkait dengan senjata ini," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Minggu (18/10) dilansir dari Associated Press.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 10 tahun terakhir, kata Pompeo, negara-negara menahan diri untuk tidak menjual senjata ke Iran di bawah sanksi PBB.
Namun dengan berakhirnya kebijakan embargo, Pompeo bilang setiap negara yang dulunya ikut membuat kebijakan embargo malah menyulut konflik.
Lihat juga:Iran Klaim Embargo Senjata dari PBB Berakhir |
"Setiap negara yang sekarang menentang larangan ini akan dengan sangat jelas memilih untuk menyulut konflik dan ketegangan daripada mempromosikan perdamaian dan keamanan," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky, menanggapi Pompeo lewat akun Twitter. Ia mendesak AS untuk membantu perdamaian Timur Tengah dengan tidak memprovokasi Iran.
"Dan tolong ubah kata 'sanksi' dan 'hukuman' dalam kosakata Anda menjadi 'dialog' dan 'keterlibatan'. Itu akan sangat membantu! Buat AS dihormati lagi!", tulisnya di Twitter.
Upaya AS meminta Dewan Keamanan PBB bulan lalu untuk memperpanjang embargo telah kandas. Dari 15 negara di komunitas PBB hanya satu yang mendukung mereka, hal itu disebut-sebut malah menjadi hal yang memalukan bagi negeri Paman Sam.
PBB melarang Iran membeli sistem senjata asing utama pada tahun 2010 di tengah ketegangan atas program nuklirnya. Embargo sebelumnya menargetkan ekspor senjata Iran.
Badan Intelijen Pertahanan AS memperkirakan pada 2019 bahwa jika embargo berakhir, Iran kemungkinan akan mencoba membeli jet tempur Su-30 Rusia, pesawat latih Yak-130 dan tank T-90.
Lihat juga:Iran Catat 30 Ribu Kematian Karena Corona |
Iran juga kata badan tersebut akan mencoba untuk membeli sistem rudal anti-pesawat S-400 Rusia dan sistem rudal pertahanan pesisir Bastian.
Iran telah lama dikalahkan oleh negara-negara Teluk yang didukung AS seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab soal persenjataan akibat embargo. Negara-negara itu kini telah membeli miliaran dolar persenjataan canggih Amerika.
Sebagai tanggapan, Iran belakangan beralih ke pengembangan rudal balistik buatan lokal. Iran balik mengecam pembelian peralatan pertahanan buatan AS oleh negara-negara Teluk Arab.
Mereka menyebut pembelian senjata itu sebagai "kesepakatan senjata yang sangat menguntungkan" dengan beberapa senjata digunakan dalam perang yang sedang berlangsung di Yaman.
Embargo senjata PBB, bagaimanapun, tidak menghentikan Iran untuk mengirim senjata mulai dari senapan serbu hingga rudal balistik ke pemberontak Houthi Yaman.
Namun Iran membantah telah memasok senjata untuk Houthi. Di sisi lain pemerintah Barat dan pakar senjata berulang kali mengaitkan senjata Iran dengan pemberontak.
Enam negara Teluk Arab yang mendukung perpanjangan embargo senjata mencatat pengiriman senjata ke Yaman sebagai keberatan mereka terhadap dimulainya kembali penjualan senjata ke Iran.
Keenam negara itu juga menyatakan dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB bahwa Iran secara keliru menembak jatuh sebuah pesawat penumpang Ukraina pada bulan Januari.
Angkatan laut Iran juga kata mereka secara tidak sengaja menewaskan 19 pelautnya sendiri dalam serangan rudal selama latihan.
(ndn/dea)