Jepang dan Indonesia menjalin kesepakatan untuk kembali membuka perjalanan bisnis yang ditutup karena corona.
Hal tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga saat bertemu Presiden Jokowi di Istana Bogor.
"Kami memastikan untuk memulai kembali perjalanan bisnis antara kedua negara, termasuk perawat dan care keeper di bawah kerangka Jepang-Indonesia APA atau IJAPA," ujarnya dikutip dari siaran langsung Youtube Sekretariat Negara, Selasa (20/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suga juga menyampaikan kedua negara sepakat untuk memulai kembali secepat-cepatnya perjalanan dengan tujuan bisnis untuk jangka pendek, dengan melonggarkan langkah isolasi mandiri selama 14 hari setelah memasuki negara tujuan.
Kendati demikian tidak dijelaskan lebih lanjut oleh Suga, apakah kesepakatan itu berlaku juga untuk wisata.
Jepang telah menutup perjalanan bagi sejumlah warga negara di dunia, termasuk Indonesia. Hal itu dilakukan guna mencegah penularan corona dari luar negeri.
Larangan itu sendiri mulai dilonggarkan Agustus lalu.
Kemlu Jepang dalam sebuah pernyataan pada Rabu (29/7) malam mengatakan mulai 5 Agustus 2020, WNA yang meninggalkan Jepang dapat mengajukan permohonan kembali ke negara tersebut.
Mereka yang memenuhi syarat harus mendapatkan "surat konfirmasi masuk kembali" dari lembaga atau perusahaan Jepang di negara atau wilayah tempat pemohon tinggal.
Pemohon juga harus menyerahkan bukti hasil negatif tes PCR virus corona dalam waktu 72 jam terakhir dari waktu penerbangan mereka.
Indonesia adalah salah satu negara yang dikunjungi Suga dalam lawatan kenegaraan perdana sebagai perdana menteri yang baru.
Sebelum ke Indonesia, ia lebih dulu ke Vietnam untuk bertemu dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc.
Dalam pertemuan itu kedua negara menetapkan kesepakatan dasar yang memungkinkan Jepang untuk mengekspor peralatan dan teknologi pertahanan ke Vietnam.
Jepang memang tengah mengejar perjanjian semacam itu dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan hubungan dengan Asia Tenggara dan mempertahankan industri pertahanannya sendiri.
(ndn/dea)