Otoritas Korea Selatan sedang menyelidiki kematian misterius warganya usai disuntik vaksin influenza. Sejauh ini, korban meninggal bertambah menjadi 13 orang.
Meski para pejabat setempat mengatakan tidak ada hubungan antara kematian dengan vaksinasi, tapi ada kekhawatiran bahwa kasus tersebut dapat menyebabkan kepanikan di saat-saat kritis dalam upaya vaksinasi.
Seperti dilansir surat kabar The New York Times, kematian itu terjadi selama sepekan terakhir, termasuk lima orang yang dilaporkan pada Rabu dan empat lainnya pada Kamis (22/10) malam. Para pejabat mengatakan dua kematian mungkin disebabkan oleh syok anafilaksis, reaksi alergi yang serius, tapi pihaknya tak memberikan rincian lebih lanjut.
Penyebab kematian masih diselidiki, tapi para pejabat mengesampingkan bahwa penyebab utamanya adalah vaksin itu sendiri. Mengingat cakupan program vaksinasi flu Korsel dan sejumlah kecil masalah lain yang dilaporkan sejauh ini, beberapa ahli mengatakan bahwa faktor kebetulan lebih mungkin terlibat.
Sebaliknya, para pejabat berjanji untuk meningkatkan kampanye vaksinasi flu pemerintah untuk mencegah sistem perawatan kesehatan negara itu dari kelebihan beban pasien flu di tengah pandemi virus corona. Baik virus flu dan corona memiliki gejala infeksi awal yang serupa, seperti demam dan batuk.
"Kami belum menemukan hubungan langsung antara kematian dan vaksin, atau hubungan antara kematian dan efek samping yang dilaporkan setelah suntikan flu," kata Komisaris Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea, Jung Eun-kyeong.
"Kami tidak berpikir bahwa situasi tersebut memerlukan penangguhan program inokulasi," ujar dia.
Korea Selatan dan banyak negara lain telah menyaksikan program inokulasi flu tahunan sebagai upaya penting untuk sekaligus menangani Covid-19, terutama untuk anak-anak, orang tua, wanita hamil, dan tenaga medis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pejabat setempat mengumumkan rencana untuk mendapatkan 20 persen lebih banyak vaksin flu untuk musim dingin ini dibandingkan tahun lalu untuk menginokulasi hingga 30 juta orang, lebih dari setengah populasi negara itu.