Pemerintah Malawi pada Selasa (3/11) kemarin mengatakan akan membuka kedutaan besar untuk Israel di Yerusalem.
Hal ini menjadikan Malawi sebagai negara Afrika pertama yang membuka kedutaan di kota yang diperebutkan itu.
Dalam pernyataan video selama kunjungannya ke Israel, Menteri Luar Negeri Malawi, Eisenhower Mkaka, menyebut keputusan itu sebagai "langkah berani dan signifikan".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengucapkan selamat kepada Israel atas normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab dan Muslim di bawah Perjanjian Abraham yang ditengahi Amerika Serikat, termasuk hubungan baru dengan Sudan.
"Saya berharap kedutaan Anda segera dibuka, dan saya yakin lebih banyak pemimpin Afrika akan mengikuti keputusan ini," kata Menteri Luar Negeri Israel, Gabi Ashkenazi, seperti dilansir dari Middle East Monitor, Rabu (4/11).
Kemenlu Israel mengatakan kedutaan Malawi diperkirakan akan dibuka pada musim panas 2021.
"Ya, terus berjalan, kedutaan besar di Yerusalem," kata ajudan Presiden Malawi, Lazarus Chakwera, ketika diminta untuk mengonfirmasi keputusan terkait pembukaan kedutaan.
Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai wilayah kedaulatannya, meskipun langkah itu tidak diakui secara internasional. Warga Palestina juga mengincar kota itu sebagai ibu kota negara masa depan mereka yang direbut Israel dalam perang pada 1967.
Mengingat status Yerusalem yang disengketakan dan sensitivitasnya dalam konflik Israel-Palestina, sebagian besar negara yang memiliki kedubes di Israel membuka kantor di ibu kota Tel Aviv.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada akhir 2017, dan memicu amarah warga Palestina dan banyak pemimpin dunia. Trump memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem pada 2018.
Langkah itu kemudian diikuti oleh Guatemala yang memindahkan kedutaannya ke Yerusalem. Selain itu, Honduras mengatakan pihaknya berencana melakukan hal serupa pada akhir 2020. Brasil dan Republik Dominika juga mempertimbangkan langkah tersebut.
(ans/ayp)