Bom Mobil Menewaskan Wartawan Politik Afghanistan

CNN Indonesia
Minggu, 08 Nov 2020 00:00 WIB
Banyak tokoh terkemuka seperti jurnalis, ulama, politisi, dan aktivis HAM tewas dalam serangan yang ditargetkan di Afghanistan dalam beberapa bulan terakhir.
Ilustrasi korban ledakan bom di Afghanistan. (AFP PHOTO / WAKIL KOHSAR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah bom meledak di Kabul, Afghanistan dan menewaskan seorang mantan presenter televisi Yama Siawash beserta dua warga sipil lainnya, Ahmadullah Anas dan Mohammad Amin, pada Sabtu (7/11).

Juru bicara polisi, Ferdaws Faramarz, mengungkapkan ketiga korban tewas akibat bom yang terpasang di kendaraannya meledak. Mobil tersebut terparkir di dekat kediamannya.

Berdasarkan laporan saksi mata, Mohammad Rafi, Siawash berada di dekat rumahnya. Ayah dan saudara laki-laki Siawash menjadi yang pertama mendekati lokasi ketika kendaraan sudah terbakar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Siawash baru-baru ini bergabung dengan bank sentral Afghanistan sebagai penasihat. Ia dulunya merupakan presenter politik dan urusan terkini di saluran televisi terbesar di Afghanistan, Tolo News.

Hingga berita ini ditulis, tidak ada kelompok yang mengklaim serangan tersebut.

Namun, banyak tokoh terkemuka seperti jurnalis, ulama, politisi, dan aktivis hak asasi tewas dalam sejumlah serangan yang ditargetkan di Kabul dan kota-kota lainnya dalam beberapa bulan terakhir.

"Menargetkan jurnalis sama seperti menargetkan kebebasan berekspresi dan kematian Siawash adalah kerugian besar bagi negara kami," kata Abdullah Abdullah, Pemimpin proses perdamaian dan rekonsiliasi negara itu dalam sebuah pernyataan resmi.

"Ini kejahatan yang tidak bisa dimaafkan dan tidak bisa dilupakan."

Juru bicara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Sediq Sediqqi, mengutuk pembunuhan Siawash.

Kekerasan dan kekacauan di Afghanistan meningkat belakangan ini. Serangan terjadi di Universitas Kabul pekan lalu dan menewaskan 22 orang. Associated Press melaporkan sebagian besar korban adalah mahasiswa.

Kala itu, ISIS mengklaim serangan tersebut dan juga serangan yang terjadi di sebuah lembaga pendidikan pada 24 Oktober yang menewaskan 24 orang.

Serangan itu terjadi di saat perwakilan pemerintah setempat bersama Taliban sedang bertemu di Qatar sebagai upaya mengakhiri peran dalam beberapa dekade terakhir di Afghanistan.

Utusan perdamaian Amerika untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad mendesak kesepakatan pengurangan kekerasan atau gencatan senjata dengan menjadikan hal itu permanen dalam negosiasi. Namun, desakan itu ditolak Taliban.

Pertemuan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan yang dinegosiasikan Amerika dan Taliban untuk mengizinkan pasukan AS dan NATO menarik diri dari Afghanistan dan mengakhiri 19 tahun keterlibatan militer.

(chr/ard)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER