Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence dan istrinya akan disuntikkan vaksin corona buatan Pfizer di hadapan publik pada Jumat (18/12). Gedung Putih mengonfirmasi rencana tersebut dalam upaya meningkatkan kepercayaan publik terhadap vaksin Covid-19.
"Wakil Presiden Pence dan istrinya, Karen akan secara terbuka menerima vaksin Covid-19 untuk mempromosikan keamanan dan kemanjuran vaksin dan membangun kepercayaan di antara rakyat Amerika," tulis Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Mengutip AFP, vaksinasi Pence rencananya akan dilakukan di Gedung Putih pada minggu pertama program vaksinasi massal untuk mengendalikan penyebaran virus corona yang telah menewaskan lebih dari 300 ribu orang Amerika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany mengatakan jika Presiden Donald Trump juga 'sangat terbuka untuk disuntik vaksin' setelah sebelumnya dinyatakan positif terpapara corona.
"Dia akan menerima vaksin segera setelah tim medisnya menentukan yang terbaik. Tetapi prioritasnya adalah pekerja di garis depan, mereka yang berada di fasilitas perawatan jangka panjang," kata McEnany.
Kabar ini sejalan dengan rekomendasi ilmuwan senior AS, Dr. Anthony Fauci beberapa hari lalu. Dalam sebuah wawancara media, Fauci merekomendasikan agar Pence dan Presiden Donald Trump menjadi orang pertama yang mendapat vaksin corona.
"Anda masih ingin melindungi orang-orang yang, Anda tahu, sangat penting bagi negara kita saat ini. Meskipun Presiden terinfeksi dan dia memiliki kemungkinan antibodi yang mungkin akan melindungi, kami tidak yakin berapa lama perlindungan itu bertahan," kata Fauci dalam wawancara dengan TV Australia, ABC, Selasa (15/12).
"Saya merekomendasikan dia [Trump] divaksin, seperti halnya dengan wapres [Pence]" ujarnya menambahkan.
Dalam kesempatan terpisah, Presiden AS terpilih Joe Biden sebelumnya telah menyatakan jika ia bersedia disuntik vaksin di hadapan publik.
Senada, tiga mantan presiden yakni Barack Obama, Bill Clinton, dan George W. Bush juga menyatakan kesanggupannya untuk menerima vaksinasi corona.
AS memulai program vaksinasi massal pada Senin (14/12) yang diprioritaskan bagi tenaga medis. Program vaksinasi dilakukan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pekan lalu memberikan izin penggunaan darurat vaksin corona buatan Pfizer BioNTech.
Keputusan FDA ini lahir setelah melakukan penelitian pada hasil uji klinis, tapi juga ditengarai berada di bawah tekanan pemerintahan Presiden Donald Trump. Sebelumnya Trump dan jajaran pejabatnya kerap menuding FDA bertindak lambat dan bahkan mengancam akan mencopot kepala FDA Stephen Hahn, jika tidak memberikan persetujuan pada akhir pekanlalu.
Sekitar tiga juta dosis vaksin telah disebarkan ke berbagai negara bagian, dengan tiga juta dosis lainnya disimpan untuk penyuntikan kedua. Untuk diketahui, vaksin Pfizer mengharuskan dua kali dosis untuk satu orang agar vaksin efektif bekerja.
AS rencananya akan memvaksinasi 20 juta orang hingga akhir Desember, 30 juta orang pada Januari 2021, dan 50 juta orang pada Februari.
(afp/evn)