Ayah Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, Stanley mengungkapkan rencana untuk pindah kewarganegaraan Prancis usai penandatanganan perjanjian dagang Brexit.
Stanley mengungkapkan keputusan untuk pindah kewarganegaraan lantaran darah Prancis telah ada di dalam dirinya secara turun temurun.
"Ini bukan masalah menjadi orang Prancis. Jika saya mengerti dengan benar, saya orang Prancis! Ibu saya lahir di Prancis, seperti halnya kakek saya," ujar Stanley dalam wawancara dengan radio RTL dalam bahasa Prancis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi saya ini adalah pertanyaan untuk mendapatkan apa yang sudah saya miliki dan saya sangat senang tentang itu," ujar pria berusia 80 tahun itu.
Stanley merupakan salah satu di antara pegawai negeri sipil pertama yang diangkat ke Brussel setelah Inggris bergabung dengan Uni Eropa pada 1973. Dia menjabat sebagai anggota Parlemen Eropa untuk Komisi Eropa.
Berbanding terbalik dengan anaknya, Stanley sejak awal justru mengkampanyekan Inggris tidak keluar dari Uni Eropa.
"Saya akan selalu menjadi orang Eropa, itu pasti," ujarnya lagi kepada radio Prancis.
"Anda tidak bisa mengatakan kepada orang Inggris: Anda bukan orang Eropa. Eropa lebih dari pasar tunggal, ini lebih dari Uni Eropa."
"Meski begitu, penting untuk memiliki hubungan seperti itu dengan UE," ucapnya, merujuk pada kepemilikan paspor Uni Eropa.
Mengutip AFP, rencana Stanley untuk pindah kewarganegaraan telah diungkap oleh putrinya, Rachel dalam sebuah buku yang diterbitkan Maret lalu.
Dalam buku tersebut, Rachel mengungkap jika neneknya lahir di Versailles. Ia juga mengatakan bahwa jika ayahnya [Stanley] menerima kewarganegaraan Prancis, dia juga ingin melakukan hal serupa.
Inggris dan Uni Eropa menandatangani Perjanjian Kerja Sama dan Perdagangan usai Brexit pada Rabu (30/12). Kesepakatan itu diteken sehari sebelum Inggris memisahkan diri dari pasar tunggal Uni Eropa.
Kesepakatan tersebut menjadi akhir yang melegakan setelah perundingan antara Inggris dan Uni Eropa yang berjalan sangat alot selama sembilan bulan.
Dokumen kesepakatan setebal 1.245 halaman itu menjelaskan secara detail penampang perdagangan, penegakan hukum, dan penyelesaian konflik di antara kesepakatan yang akan memisahkan pasar Inggris Raya dan Eropa pada 31 Desember 2020.
Mulai 1 Januari 2021, warga tidak bisa bergerak bebas dari Inggris ke Uni Eropa, dan sebaliknya.
(afp/evn)