Para orangtua di Timur Tengah saat ini sangat menanti-nantikan pelantikan Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden.
Alasannya tak lain karena Biden, selama kampanye pencalonannya, kerap menjanjikan akan mencabut larangan memasuki AS bagi warga di beberapa negara mayoritas Muslim di hari pertamanya menjabat.
Seorang ibu di Suriah bernama Dahouk Idriss misalnya, ia mengaku tidak sabar menunggu Biden dilantik pada Rabu (20/1) agar dapat mengunjungi putranya untuk pertama kali dalam empat tahun terakhir.
"Saya menghitung hari sampai saya mendapatkan visa berikutnya," kata Idriss kepada AFP di rumahnya di Damaskus.
Pensiunan guru kimia berusia 60-an tahun itu mengatakan ia mengunjungi putranya sebanyak dua kali setelah sang anak mulai menuntut ilmu di Washington DC bertepatan saat perang Suriah Meletus pada 2011. Ia mengunjungi anaknya pada 2015 dan terakhir pada 2016.
Tapi setelah Trump menjabat di Gedung Putih pada 2017, presiden dari Partai Republik itu melarang semua pelancong dari Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman untuk memasuki AS. Kebijakan ini pun memicu kemarahan internasional.
Seiring berjalannya waktu, Irak dan Sudan dicabut dari daftar. Tapi pada 2018, Mahkamah Agung memperbarui larangan tersebut dengan tetap melarang Iran, Libya, Somalia, Suriah, dan Yaman, ditambah Korea Utara dan Venezuela.
Idriss mengecam larangan itu sebagai hal yang "keterlaluan".
"Ribuan ibu seperti saya di seluruh dunia hanya memiliki satu keinginan, yaitu bertemu kembali dengan anak-anak mereka," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, perjalanan ke mana pun dari Suriah menjadi kian sulit sejak perang meletus karena banyak negara memutuskan hubungan dengan Damaskus.
Untuk mendapatkan visa, warga Suriah harus melakukan perjalanan ke kedutaan AS di negara tetangga. Hal itu menjadi lebih sulit dilakukan mengingat pembatasan Covid-19.
Tapi Idriss mengatakan dirinya akan melewati banyak rintangan untuk dapat bertemu putranya lagi. Selain itu, ia juga tengah berjuang untuk mengunjungi putrinya di Uni Emirat Arab (UEA).
"Saya akan pergi ke negara mana pun untuk menyerahkan dokumen saya segera setelah mereka mulai menerima aplikasi," kata Idriss.
Sementara di bagian wilayah lain di Damaskus, seorang ibu bernama Lamees Jadeed (79) mengatakan ia juga berharap Biden akan menepati janjinya.
"Sudah lebih dari empat tahun sejak terakhir kali saya melihat putri saya. Saya takut meninggal sendiri tanpa sempat melihatnya," ujar Jadeed.
"Saya mungkin lebih tidak sabar untuk (melihat) Biden menjadi presiden, melebihi dirinya sendiri," ucap dia.
Putrinya, Nawwar (38), pergi ke AS dengan beasiswa pada akhir 2015. Sejak saat itu, dia mengajukan permohonan suaka dan oleh karenanya tidak dapat meninggalkan negara itu.
Jaded menuturkan di satu waktu ia sempat melakukan perjalanan ke Lebanon pada 2018 untuk mendapatkan visa di kedutaan AS di sana, namun ditolak.
Di wilayah lain di Timur Tengah, ribuan orangtua lainnya juga memiliki harapan serupa. Mereka berharap, dengan dilantiknya Biden akan membuka peluang untuk bersatu kembali dengan anak-anak mereka.
Kendati demikian, di tengah pandemi Covid-19, pencabutan larangan perjalanan mungkin akan memakan waktu. Tim Biden pada Senin menyatakan bahwa "dengan pandemi yang memburuk, dan varian yang lebih menular muncul di seluruh dunia, ini bukan waktunya untuk mencabut pembatasan perjalanan internasional".