Tim penyelidik yang diutus Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke Wuhan, China, untuk mencari asal-usul virus corona mulai bergerak setelah selesai menjalani masa karantina.
Mereka akan menuju ke sejumlah lokasi yang menjadi titik awal penyebaran virus penyebab pandemi Covid-19, dan mencari sumbernya.
Dilansir Associated Press, Kamis (28/1), tim penyelidik WHO itu menyelesaikan masa karantina selama 14 hari. Mereka kemudian meninggalkan hotel dengan bus, tetapi belum diketahui tujuan kepergian mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski WHO menyatakan misi itu bertujuan ilmiah, tetapi di mata China hal itu sarat dengan muatan politik.
China berharap bisa menghindari tuduhan yang dialamatkan kepada mereka oleh sejumlah negara, dengan menyebut Negeri Tirai Bambu keliru dalam tahap awal penanganan virus corona yang saat itu masih menjadi wabah di Wuhan.
Selain itu, yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah China mengizinkan dan membebaskan tim WHO itu meminta keterangan dari para tenaga kesehatan di Wuhan, dan bahkan para penyintas Covid-19.
Proses negosiasi antara WHO dan China terkait misi penyelidikan itu juga cukup alot. China mulanya tidak bersedia melakukannya, tetapi mereka terus mendapat tekanan dari sejumlah negara anggota WHO.
China juga menolak penyelidikan asal-usul Covid-19 secara mandiri yang tidak berada di bawah komando WHO.
Amerika Serikat di masa pemerintahan Presiden Donald Trump menuduh WHO lamban dalam menangani wabah virus corona yang berkembang menjadi pandemi. Menanggapi hal itu, WHO sempat menuduh China dan sejumlah negara lamban dalam menangani pandemi sehingga meluas ke seluruh dunia.
Di sisi lain, sekelompok keluarga mendiang korban dan penyintas Covid-19 di China berharap mereka bisa bertemu dengan tim WHO, untuk menyampaikan keterangan versi mereka soal cara pemerintah setempat menangani pandemi. Mereka tidak ingin tim WHO seolah hanya menjadi stempel pembenaran bagi pemerintah China, dan tidak mengungkapkan kebenaran.
Selain penanganan pandemi, China juga mendapat kritik karena bersikap keras terhadap para penduduk dan tenaga kesehatan yang berbicara soal penanganan Covid-19. Bahkan mereka memenjarakan seorang penduduk karena melaporkan situasi penanganan Covid-19 di Wuhan melalui media sosial.
(ayp)