Badan intelijen luar negeri Rusia, SVR, membantah tudingan Amerika Serikat yang menyebut mereka terlibat serangan dunia maya terhadap infrastruktur Negeri Paman Sam. SVR menganggap tudingan Washington itu "omong kosong" belaka.
"Kami hanya akan mengatakan bahwa membaca omong kosong ini adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan," demikian pernyataan SVR mengacu pada surat perintah Presiden Joe Biden.
Surat perintah Biden itu berisi keputusan untuk menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah entitas Rusia sebagai balasan atas dugaan serangan maya Moskow terhadap infrastruktur AS. Moskow menganggap perintah Biden itu merupakan contoh tindakan "berlebihan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kremlin mewanti-wanti bahwa tanggapan Rusia terhadap sanksi baru AS "tak bisa dihindarkan." Pemerintahan Presiden Vladimir Putin juga telah memanggil Duta Besar AS di Moskow, John Sullivan, terkait protes sanksi Negeri Paman Sam tersebut.
Dalam pertemuan itu, pemerintah Rusia menegaskan bahwa SVR memiliki "profesionalisme tertinggi dan "kemampuan untuk melaksanakan pekerjaannya secara jujur untuk kepentingan negara kami."
Pernyataan SVR itu muncul setelah AS menjatuhkan sanksi dan mengusir 10 diplomat Rusia pada Kamis (15/4) sebagai balasan atas intervensi Kremlin dalam pemilihan umum 2020 dan serangan siber terhadap Washington.
Di antara kesepuluh orang itu, ada yang dicurigai sebagai mata-mata Negeri Beruang Merah.
Melalui perintah itu, Biden juga memperluas pembatasan pada bank-bank AS yang memperdagangkan surat utang pemerintah Rusia.
Selain itu, Biden juga menjatuhkan sanksi atas 32 individu yang diduga terlibat langsung dalam upaya intervensi pemilu AS pada 2020 lalu.
"[Surat perintah ini] mengirimkan sinyal bahwa AS akan menjatuhkan beban yang berdampak secara strategis dan ekonomi terhadap Rusia jika mereka terus atau meningkatkan upayanya untuk membuat ketidakstabilan internasional," demikian pernyataan Gedung Putih.
Sejak beberapa tahun belakangan, AS memang terus menuding Rusia mengintervensi pemilu. Pada 2016, Rusia dituding melakukan intervensi demi membuat Donald Trump menang. Rusia dituduh melakukan upaya serupa pada pemilu 2020.
Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada AFP bahwa ada kemungkinan pihaknya mengambil tindakan lebih jauh jika mereka tak melihat perubahan sikap Rusia.
Meski demikian, Biden menegaskan bahwa ia ingin bekerja sama dengan Rusia untuk "meluncurkan dialog guna menjaga stabilitas strategis" mengenai isu-isu global, mulai dari pandemi Covid-19 hingga program nuklir Iran.
(rds/has)