PBB Khawatir UEA Belum Buktikan Putri Dubai Masih Hidup
Kantor Komisioner Tinggi HAM PBB (OHCHR) menyatakan masih mengkhawatirkan nasib putri dari penguasa Dubai, Uni Emirat Arab, Sheikha Latifa, yang sempat hilang karena diduga disekap kerajaan pada Februari lalu.
OHCHR menuturkan hingga kini Uni Emirat Arab belum membuktikan bahwa Putri Latifa masih hidup.
OHCHR mengatakan pihaknya telah kembali meminta UEA memberikan "bukti kehidupan" sang putri tetapi hingga Jumat (16/4) belum menerimanya.
"Kami belum mendapatkan bukti kehidupan dan kami menginginkannya. Salah satu bukti yang jelas dan meyakinkan bahwa dia masih hidup. Dan perhatian pertama kami adalah untuk memastikan hal itu," kata juru bicara OHCHR, Marta Hurtado, dalam sebuah acara di Jenewa.
"Kami mencoba mengatur pertemuan antara pejabat senior dengan duta besar UEA untuk PBB di Jenewa. Pada prinsipnya, kedutaan tersebut telah menerima permintaan OHCHR, tetapi kami kami belum menetapkan tanggal pasti," ujarnya.
CNN telah menghubungi pemerintah UEA untuk menanyakan komentar terkait pernyataan OHCHR tersebut namun belum mendapatkan respons.
Selain soal Putri Latifa, Hurtado juga mengatakan OHCHR ingin "mengangkat kasus saudara perempuan Putri Latifa, Putri Shamsa, di Inggris pada tahun 2000."
"Kami sangat prihatin dengan kedua kasus tersebut, karena kami tidak tahu apa yang terjadi," kata Hurtado.
"Karena itulah kami tidak hanya menanyakan keberadaan mereka, tapi kami ingin bertemu dengan mereka. Kami ingin berbicara dengan mereka. Kami ingin memahami bagaimana situasi mereka, yang tidak hanya terjadi pada kedua wanita ini, tetapi kasus orang lain. yang telah menghilang, atau mungkin menghilang di seluruh dunia," kata dia.
Keberadaan Sheikha Latifa sempat menjadi sorotan dunia setelah anak dari penguasa Dubai itu mengirim pesan video rahasia yang mengungkap bahwa dia disekap di sebuah vila pada Februari lalu.
Dalam video itu Latifa khawatir akan keselamatannya setelah gagal melarikan diri.
Sheikha Latifa belum terlihat di hadapan publik sejak dia berusaha melarikan diri dari Uni Emirat Arab melalui laut pada Maret 2018.
Dalam video yang direkam sekitar setahun setelah dia ditangkap dan kembali ke Dubai menunjukkan sang putri berjongkok di sudut kamar mandi.
"Saya seorang sandera dan vila ini telah diubah menjadi penjara," katanya dalam salah satu video di telepon seluler.
"Ada lima polisi di luar dan dua polisi wanita di dalam rumah. Setiap hari saya mengkhawatirkan keselamatan dan hidup saya."
Dalam video lain, Latifa mengatakan situasinya semakin hari semakin putus asa. "Saya tidak ingin menjadi sandera di vila penjara ini. Saya hanya ingin bebas," katanya.
(rds/dea)