Oposisi Tutup Pintu Negosiasi dengan Junta Militer Myanmar

CNN Indonesia
Selasa, 11 Mei 2021 05:30 WIB
Pemerintah tandingan Myanmar menyatakan mereka tidak akan mau berunding dengan rezim junta militer.
Ilustrasi demonstrasi kelompok pro demokrasi Myanmar. (AFP/MLADEN ANTONOV)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kelompok oposisi Myanmar yang membentuk Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) menyatakan mereka tidak akan berunding dengan rezim junta militer.

Ini adalah kedua kalinya mereka menyatakan menolak bernegosiasi, setelah sebelumnya menuntut junta membebaskan Suu Kyi.

"Jalan perundingan yang disepakati di KTT ASEAN bukan keinginan warga Myanmar," kata Wakil Presiden NUG, Duwa Lashi, seperti dilansir The Irrawaddy, Senin (10/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lashi mengatakan NUG baru mau berunding dengan junta militer jika memang rakyat menghendaki. Dia melanjutkan, NUG sebenarnya sangat kecewa karena Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) tidak mengundang mereka dalam pertemuan di Jakarta pada 24 April lalu, tetapi malah mengundang pemimpin junta militer, Jenderal Min Aung Hlaing.

Dalam salah satu poin yang disepakati dalam KTT ASEAN, junta dan kelompok oposisi Myanmar diminta saling menahan diri dan berkomunikasi. Sedangkan kelompok oposisi menyatakan selama ini yang melakukan aksi kekerasan adalah militer.

Menurut mereka, rakyat Myanmar sudah mempunyai pemerintahan sipil yang sah dan terpilih secara demokratis dalam pemilihan umum yang digelar pada November 2020 lalu.

Junta Myanmar pada pekan lalu menyatakan NUG sebagai kelompok teroris. Mereka menuduh NUG bertanggung jawab atas aksi pemboman, pembakaran dan pembunuhan yang terjadi di negara itu dalam pergolakan selepas kudeta.

Konflik antara kelompok oposisi dan junta Myanmar juga semakin tajam. Peristiwa ledakan yang diduga berasal dari bom rakitan di beberapa kota semakin marak terjadi.

NUG yang beroperasi secara sembunyi-sembunyi juga menyatakan membentuk sayap militer, yakni Angkatan Pertahanan Rakyat.

Tentara Myanmar mencoba menumpas gerakan pro demokrasi dan meredam demonstrasi sejak merebu kekuasaan melalui kudeta pada 1 Februari lalu. Mereka saat ini menahan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint dan sejumlah politikus oposisi.

Militer mengambil alih kekuasaan dengan dalih ada kecurangan dalam pemilu yang digelar pada November tahun lalu yang dimenangkan oleh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Sampai saat ini tercatat ada sekitar 780 orang meninggal dibunuh aparat keamanan Myanmar. Sedangkan lebih dari 3.800 orang terdiri dari politikus, aktivis, dokter, jurnalis, penulis hingga seniman yang ikut dalam gerakan menentang kudeta ditahan.

[Gambas:Video CNN]

(ayp/ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER