WAWANCARA EKSKLUSIF

Hamas Anggap PM Baru Israel Terlemah Sepanjang Sejarah

CNN Indonesia
Jumat, 18 Jun 2021 15:16 WIB
Dalam wawancara dengan CNN Indonesia, petinggi Hamas menganggap Israel dipimpin oleh pemerintahan paling lemah dalam sejarah usai Netanyahu lengser.
Ilustrasi. Militan Hamas gelar parade anti-Israel di jalur Gaza. (REUTERS/MOHAMMED SALEM)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hamas, faksi Palestina penguasa Jalur Gaza, menganggap Israel dipimpin oleh pemerintahan paling lemah dalam sejarah usai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu lengser. berakhir.

Salah satu petinggi sekaligus perwakilan Hamas di Teheran, Iran, Khaled al-Qaddumi, menyinggung kedudukan partai pimpinan PM Israel saat ini, Naftali Bennett, yang hanya menguasai tujuh kursi dari 120 anggota parlemen Knesset.

Di tengah ketegangan dengan Hamas, Israel dihadapkan krisis politik setelah Netanyahu gagal membentuk koalisi pemerintah baru usai menang pemilu pada Maret lalu. Pemilu itu merupakan yang keempat dalam dua tahun terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintahan Bennett diprediksi tak akan memberi perubahan berarti terhadap prospek damai Israel-Palestina. Sebab, Bennett dikenal anti-Palestina yang bahkan menilai pembentukan negara Palestina merupakan bunuh diri negaranya.

Berikut komentar Hamas yang dipaparkan Qaddumi mengenai pemerintahan baru Israel dalam wawancara khusus virtual bersama CNN Indonesia, pada Sabtu (12/6).

Bagaimana Hamas menilai pemerintahan baru Israel tanpa Benjamin Netanyahu?

Satu-satunya perubahan yang kami, rakyat Palestina, saksikan adalah Israel dalam krisis yang akan membawa negara itu pada kegagalan bersejarah.

Dalam dua tahun terakhir, tidak ada pemerintahan yang bisa bertahan memerintah di Israel penuh selama empat tahun.

Israel saat ini juga dihadapkan masalah keamanan karena kejahatan mereka sendiri terhadap warga Palestina sehingga kami berani melakukan perlawanan.

Sekarang kami menghadapi pemerintahan Israel yang terdiri dari tujuh koalisi partai, yang paling lemah dalam sejarah Israel.

Mereka dipimpin oleh seorang perdana menteri yang partainya hanya memegang tujuh kursi di Knesset.

Jadi, Anda bisa bayangkan betapa rapuhnya pemerintahan itu. Bagaimana mudahnya memprediksi pemerintahan itu tidak akan stabil untuk empat tahun ke depan, mungkin hanya beberapa bulan saja.

Bagi kami, tidak ada partai politik Israel yang relevan dan mau menyesuaikan dengan hak Palestina. Jadi kami dihadapkan pada pemerintahan Israel yang rapuh dan rentan, yang akan menghadapi banyak tantangan ke depannya.

Dan kami sebagai warga Palestina berpikir tidak akan ada yang berubah dengan pemerintahan Israel yang baru.

Berkaca dari Israel, pemerintahan Palestina juga tidak sesolid itu. Masih ada konflik antar-faksi di Palestina, terutama antara Fatah dan Hamas, dua partai besar di Palestina. Bagaimana Anda menjelaskan ini?

Dalam sejarah setiap negara, termasuk Indonesia, pasti memiliki partai politik berbeda-beda dengan ideologi berbeda pula.

Pada akhirnya, Anda melalui proses demokrasi membiarkan masyarakat memilih sendiri apa yang mereka inginkan. Dan partai yang mendapat dukungan masyarakat terbanyak akan maju dan menerapkan pemahamannya. Ini naluri manusia.

Tapi memang tidak dapat diterima jika hal itu membuat tidak bersatu karena kami berada dalam satu negara yaitu Palestina. Fatah ibaratnya minyak, sementara Hamas adalah air, kami tidak cocok. Kami memiliki opini berbeda dan program politik berbeda.

Tapi, kami berada di dalam wadah yang sama, yaitu Palestina. Jika Palestina hancur, baik air dan air tidak akan bertahan. Jadi, takdir kita memang harus bersatu.

Kami menyatakan bahwa seluruh faksi Palestina harus menemukan solusi untuk berbicara satu sama lain, yang terpenting adalah karena saat ini kita berada dalam situasi tidak biasa, tidak stabil layaknya negara lain seperti Indonesia.

Jadi, tidak ada pertengkaran. Kami (faksi politik di Palestina) telah mencapai titik untuk berdialog bersama. Kami sudah membentuk tim mediator bahkan menggelar dialog langsung tidak hanya antara Fatah dan Hamas tapi juga dengan seluruh faksi Palestina. Ada lebih dari 20 faksi di Palestina.

Kami sayangnya masih dalam proses membentuk persatuan Palestina. Saya katakan sayangnya karena seharusnya kami sudah berada dalam situasi tersebut, bersatu, tapi nyatanya masih dalam proses menuju ke sana.

Namun, kami, Hamas, memiliki opini terkait proses perdamaian dengan Israel. Kami akan membicarakan hal itu nanti ketika terlihat mungkin dilaksanakan.

Hamas: Israel Si Pencuri yang Tiba-tiba Minta Solusi 2 Negara

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER