Perang Hibrida
Selain mengirim pesawat tempur di sekitar wilayah udara Taiwan, Wu menuduh China menggunakan perang hibrida untuk merusak kepercayaan publik terhadap demokrasi di pulau itu.
"(China) menggunakan perang kognitif, kampanye disinformasi dan intimidasi militer untuk menciptakan banyak kecemasan di antara orang-orang Taiwan," kata Wu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menlu itu menuduh entitas yang disponsori Beijing merilis berita palsu untuk memecah populasi Taiwan, termasuk pesan yang membesar-besarkan jumlah kematian akibat Covid-19 di pulau itu.
Dia juga menuduh buzzer China menyebarkan desas-desus palsu bahwa Amerika Serikat lebih memilih untuk memvaksin hewan peliharaan rumah tangga daripada mengirim lebih banyak vaksin ke Taiwan.
Padahal AS telah mengirimkan 2,5 juta dosis vaksin ke pulau itu.
Wu juga menekankan pentingnya Taiwan di tengah ambisi teritorial China yang berkembang di atas Laut China Selatan dan sekitarnya.
"Ini tentang otoritarianisme China yang mencoba memperluas pengaruhnya sendiri. Jauh melampaui perbatasannya, bahkan ke belahan bumi Barat," kata dia.
"Mereka ingin menjalankan pemerintahan otoriter mereka dan memaksakan tatanan internasional yang otoriter."
China menghabiskan sekitar 15 kali anggaran Taiwan untuk pertahanan, sementara pulau itu mereformasi militernya untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan militernya sendiri.
.
"Kita harus terlibat dalam perang asimetris, sehingga China memahami bahwa ada biaya tertentu yang harus dibayar jika mereka ingin memulai perang melawan Taiwan."