Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, meminta anggota Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) tidak melakukan diskriminasi terhadap vaksin corona (Covid-19) tertentu.
Sebab sejumlah negara hanya mengakui vaksin tertentu sebagai syarat perjalanan antarnegara atau dalam program vaksinasi dalam negeri.
"Indonesia mengingatkan bahwa pengakuan terhadap vaksin hendaknya selalu menggunakan referensi yang diberikan oleh WHO," kata Retno dalam jumpa pers virtual usai rapat Menlu ASEAN (AMM) pada Senin (2/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singapura baru-baru ini menyatakan mereka tidak menggunakan vaksin CoronaVac buatan perusahaan farmasi China, Sinovac, dalam program vaksinasi nasional.
Meski begitu, Singapura masih mengizinkan fasilitas kesehatan swasta menggunakan pasokan vaksin Sinovac yang masih dimiliki pemerintah sampai dosis habis.
Namun, pemerintahan Perdana Menteri Lee Hsien Loong menyatakan tak memasukan warga yang sudah divaksin dengan Sinovac dalam jumlah program vaksinasi nasional.
Malaysia juga menyatakan akan menyetop penggunaan vaksin Sinovac dalam program imunisasi nasional setelah dosis habis.
Dalam jumpa pers pada 15 Juli lalu, Menteri Kesehatan Malaysia Adham Baba beralasan penghentian penggunaan Sinovac disebabkan Negeri Jiran masih memiliki jumlah pasokan vaksin lain yang cukup untuk program vaksinasi nasional.
Oleh karena itu, sambungnya, penggunaan Sinovac hanya akan dilakukan hingga persediaan vaksin lain habis. Adham menuturkan saat ini Malaysia semakin banyak menggunakan vaksin jenis mRNA buatan Pfizer-BioNTech.
Indonesia juga mengusulkan negara anggota ASEAN saling berbagi dosis vaksin corona (Covid-19) untuk mempercepat target program vaksinasi di Asia Tenggara.
"Indonesia menyampaikan perlunya dijajaki kemungkinan pengaturan dose-sharing mechanism untuk mempercepat vaksinasi di negara-negara ASEAN," ucap Retno.
(ayp)