Saif al-Islam yang merupakan anak mendiang pemimpin Libya, Muammar Khadafi, menyatakan bakal kembali terjun ke politik setelah negaranya porak poranda akibat serbuan pasukan asing dan perang saudara.
Dalam rekaman video wawancara dengan The New York Times yang dikutip Middle East Monitor, Saif menyampaikan niatnya kembali terjun ke politik setelah menghilang dari pantauan publik selama satu dasawarsa.
"Sekarang saya manusia yang bebas dan sedang berencana untuk kembali ke dunia politik," kata Saif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Saif selama dia bersembunyi selalu memantau situasi Timur Tengah dan diam-diam kembali menyusun kekuatan untuk membangkitkan Partai Hijau yang di masa lalu mendukung kekuasaan mendiang ayahnya.
Saif mengklaim gerakan politik yang bakal diusungnya bisa kembali menyatukan seluruh kelompok masyarakat Libya yang saat ini terpecah belah.
"Politikus tidak memberikan apa-apa kecuali kesengsaraan, sekarang waktunya kembali ke masa lalu. Mereka memperkosa dan mempermalukan negara kita. Kita tidak punya uang, tidak punya keamanan dan tidak punya kehidupan. Kalau Anda pergi ke stasiun pengisian bahan bakar, maka tidak akan ada bahan bakar," kata Saif.
"Kita adalah eksportir minyak dan gas ke Italia, dan kita menyediakan separuh pasokan tenaga listrik bagi Italia, tetapi kita malah sengsara karena pasokan listrik dipangkas. Apa yang terjadi saat ini lebih dari sebuah kegagalan. Ini adalah lelucon," lanjut Saif.
Saif ditangkap oleh sebuah kelompok bersenjata di Libya ketika mereka menyergap iring-iringan kendaraan yang melintas di dekat Kota Ubari pada 2011 silam. Saat itu rombongan kendaraan itu tengah dalam perjalanan menuju Niger.
Ternyata saat digeledah, Saif turut menumpang di dalam salah satu kendaraan dengan tangan kanan diperban. Kelompok bersenjata itu langsung mengenali itu adalah Saif dari perawakannya yang gundul.
Saif lantas ditawan oleh kelompok itu. Karena saat itu Saif juga menjadi buronan Mahkamah Internasional, kelompok bersenjata itu memutuskan menyembunyikannya setelah pemilihan umum di Libya pada 2012 berlangsung.
Setelah itu Saif dilepas, tetapi tidak ada yang pernah tahu keberadaannya.
Menurut penjelasan Saif, kelompok bersenjata yang menahannya sepuluh tahun silam terperdaya oleh mimpi tentang revolusi. Malah menurut Saif sikap kelompok bersenjata itu kini berbalik dari mulanya antipati terhadap rezim Khadafi dan keduanya kini bersekutu.