ANALISIS

Taliban Beringas: Kegagalan AS dan Bobrok Militer Afghanistan

CNN Indonesia
Jumat, 13 Agu 2021 11:15 WIB
Perluasan kekuasaan Taliban dianggap sebagai bentuk kegagalan AS dalam melatih pasukan Afghanistan yang bobrok, korup, dan malas.
Perluasan kekuasaan Taliban dianggap sebagai bentuk kegagalan AS dalam melatih pasukan Afghanistan yang bobrok, korup, dan malas. (AFP/Noorullah Shirzada)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hampir dua dekade lamanya militer Amerika Serikat bercokol di Afghanistan. Ribuan tentara AS dikerahkan membantu dan melatih pasukan bersenjata Afghanistan melawan gempuran pemberontak, terutama Taliban.

Selama hampir dua dekade pula AS meyakinkan publik bahwa kehadirannya di Afganistan berhasil mengasah kemampuan bertarung dan strategi angkatan bersenjata negara itu menjadi lebih baik.

Tak tanggung, AS dibantu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah menghabiskan miliaran dolar demi melatih dan memasok senjata untuk militer dan kepolisian Afghanistan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut data Kementerian Luar Negeri AS yang dikutip Eurasia Review, militer AS setidaknya menghabiskan US$778 miliar selama menginvasi Afghanistan sejak Oktober 2001-September 2019.

Namun, hasil tampaknya tak sejalan dengan biaya dan sumber daya yang dikeluarkan AS dan negara sekutu untuk Afghanistan selama ini.

Sejak AS dan NATO resmi menarik pasukannya di Afghanistan pada Mei lalu, tentara pemerintahan Presiden Ashraf Ghani mulai kelimpungan menghadapi Taliban yang berupaya berkuasa lagi.

Taliban justru mulai kembali menunjukkan taringnya dengan menggempur pasukan pemerintah Afghanistan sejak pasukan AS dan NATO bertahap keluar dari negara itu. Tentara Afghanistan di sejumlah titik bahkan kabur tanpa perlawanan ketika Taliban menyerang.

Pada akhir Juli lalu, Taliban mengklaim telah menguasai 90 persen perbatasan negara tersebut. Dalam sepekan terakhir, kelompok itu membuat pasukan Afghanistan keok dengan berhasil menduduki 10 ibu kota provinsi di negara itu.

Kemenangan Taliban pun membuat pemerintah Afghanistan kian tersudut. The New York Times melaporkan, ratusan tentara menyerah, sejumlah besar senjata dan peralatan militer pun melayang.

Sejumlah analis menganggap ketidaksiapan tentara Afghanistan ini merupakan bukti bahwa AS gagal melatih pasukan negara tersebut. Afghanistan sampai-sampai harus merekrut milisi-milisi bersenjata rakyat untuk membantu.

"Pasukan Afghanistan masa kini terbiasa bertempur bersama pasukan Amerika dan NATO yang lebih kuat, yang sudah membantu mereka secara aktif sejak 2001," tulis analis dari Observer Research Foundation, Saaransh Mishra, dalam tulisannya di Eurasia Review.

Di sisi lain, militer AS terlihat tak lagi agresif membantu pasukan Afghanistan sejak pasukannya meninggalkan negara itu.

Sejauh ini, pasukan AS yang tersisa di Afghanistan hanya melakukan beberapa kali serangan terhadap Taliban melalui serangan udara. Upaya AS itu pun dirasa tak cukup membantu memukul mundur Taliban.

Berbicara di Gedung Putih pada Selasa (10/8), Presiden AS Joe Biden mengaku tak menyesal dengan keputusannya menarik pasukan AS keluar dari Afghanistan.

[Gambas:Video CNN]

Ia pun menegaskan komitmen AS yang akan terus memberikan dukungan bagi Afghanistan, mulai dari bantuan pertahanan udara, membayar gaji pasukan bersenjatanya, hingga memasok senjata dan kebutuhan militer tentara Afghanistan lainnya.

"Kami telah menghabiskan lebih dari satu triliun dolar selama dua puluh tahun. Kami melatih dan melengkapi peralatan modern lebih dari 300 ribu pasukan," kata Biden, seperti dikutip CNBC.

Ia kemudian berkata, "Para pemimpin Afghanistan harus bersatu. Mereka harus berjuang untuk diri mereka sendiri, berjuang untuk bangsa mereka."

Tentara Afghanistan Korup hingga Tak Kompeten

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER