King Kobra (Ophiophagus hannah) adalah spesies ular terbesar di dunia dan sangat mematikan. Ular ini dapat hidup sampai 20 tahun dan memiliki panjang hingga 5,4 meter.
Melansir National Geographic, ular juga memiliki racun yang sangat berbahaya. Jumlah neurotoksin yang dapat mereka keluarkan dalam satu gigitan cukup untuk membunuh 20 manusia, atau setara satu ekor gajah.
Racun King Kobra dikenal dapat memengaruhi syaraf pernapasan yang dapat menyebabkan henti napas dan gagal jantung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
King Kobra tinggal di berbagai ekosistem, seperti hutan hujan, semak bambu, rawa bakau, padang rumput dataran tinggi, dan sungai. Spesies ini juga dikenal dengan sifatnya yang kanibal. Mereka bisa memakan ular lain, berbisa dan tidak berbisa. Mereka juga suka memakan kadal, telur, dan mamalia kecil.
Tak hanya itu, ular ini adalah satu-satunya spesies yang membangun sarang untuk telur mereka. Sarang ini mereka jaga sampai telurnya mulai menetas.
Walaupun dikenal dengan keganasan dan racunnya yang mematikan, ular ini tetap saja terancam punah akibat deforestasi dan perburuan liar.
Penebangan hutan besar-besaran di Asia Tenggara menghancurkan banyak habitat King Kobra. Mereka juga seringkali diburu untuk memanen kulitnya, menjadikannya makanan, dan tujuan pengobatan.
Tak hanya itu, King Kobra seringkali diburu untuk diperjualbelikan di pasar perdagangan hewan internasional. Spesies ini juga dianiaya oleh manusia yang takut akan mereka.
Lihat Juga : |
Selain Indonesia ada beberapa negara yang menjadi habitat reptil ini. Berikut beberapa negaranya:
Melansir Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), beberapa daerah di India yang menjadi habitat King Kobra adalah Uttarakhand, yang terbentang dari Himalaya Barat sampai Himalaya Timur, sepanjang Ghats Timur hingga Andhra Pradesh, dan di Ghats Barat sampai Maharashtra.
Ancaman terhadap King Kobra di India muncul dari hancurnya habitat mereka dan banyaknya perburuan ular dewasa di alam liar.
Sebuah studi di India juga mengungkapkan, walaupun spesies ini ditemukan di berbagai habitat, King Kobra yang banyak ditemukan di ekosistem hutan yang tidak terganggu. Penemuan ini mengindikasi hancurnya hutan dapat berefek pada berkurangnya populasi ular ini.
Pemerintah India sendiri melarang penangkapan King Kobra. Mereka juga memasang microchips pada spesies di penangkaran yang memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi ular yang baru ditangkap. Tujuannya, agar perdagangan hewan ilegal di negara itu berkurang.
Di Thailand, ular ini masih terjaga populasi di habitat mereka, tanpa adanya pengurangan populasi. Namun, spesies ini jarang ditemukan di tempat lain selain habitat mereka.
Thailand juga memiliki desa King Kobra, yang dinamai King Kobra Village. Desa ini terletak di Ban Khok Sa-nga, Kecamatan Sai Mun, Kabupaten Nam Phong. Pada tahun 1951, dokter setempat, Ken Yongla, memperkenalkan pertunjukan Kobra kepada Ban Khok Sa-nga yang menarik banyak orang ke desa.
Namun, mengingat kobra dapat meludahkan racunnya sejauh dua meter, Ken memutuskan untuk menggunakan King Kobra sebagai ganti ular kobra dan juga mengajarkan keterampilan pertunjukan kepada penduduk desa.
Melansir laman resmi Kementerian Pariwisata Thailand, beberapa penduduk desa akan berkumpul dalam kelompok dan melakukan perjalanan ke desa lain untuk melakukan pertunjukan King Kobra dan menjual jamu. Di desa, pertunjukan King Kobra diadakan di Wat Si Thamma dan ada juga pameran terkait spesies ini.
Penduduk desa telah memelihara dan menjinakkan King Kobra, yang awalnya dikumpulkan dari hutan terdekat selama beberapa dekade terakhir. Kegiatan ini menarik wisatawan untuk datang berbondong-bondong dan melihat King Kobra beraksi, dikutip Bangkok Post.
"Pembibitan King Kobra (untuk tampilan publik) hanya ditemukan di desa Ban Koke Sa-nga," kata Plang Phramuang, 51, kepala ketiga Klub King Kobra Thailand yang berbasis di desa itu.
Banyak populasi King Kobra dewasa di Nepal mengalami penurunan yang sangat tajam. Sejumlah herpetolog menilai penurunan ini dapat memengaruhi kebugaran reproduksi populasi karena reptil betina besar biasanya menghasilkan sebagian besar keturunan yang bertahan hingga usia reproduksi.
Lihat Juga :![]() Kilas Internasional Taliban Main Perahu Bebek hingga Robot Mossad Bunuh Ahli Iran |
Laporan lokal juga menunjukkan bahwa individu yang sangat besar tidak lagi dapat ditemukan di daerah Chitwan di Nepal.
Selain itu, jurnal Reptiles & Amphibians pada Agustus 2021 menemukan bahwa ular yang ditemui di luar hutan daerah dan dekat pemukiman manusia secara signifikan lebih mungkin dibunuh oleh manusia. Tak hanya itu, hilangnya habitat skala besar juga turut menurunkan populasi King Kobra di Nepal.
Peneliti dalam jurnal tersebut juga menilai upaya konservasi yang dilakukan harus fokus dalam mempertahankan kawasan hutan, yang hanya bisa berhasil jika melibatkan masyarakat lokal.