Sejumlah negara di ASEAN mengkhawatirkan kerja sama trilateral AUKUS yang diumumkan beberapa waktu lalu. Rencananya, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat bekerja sama untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.
Beberapa negara ASEAN, seperti Indonesia dan Malaysia, khawatir akan perlombaan senjata antara China dan ketiga negara tadi, mengingat Laut China Selatan (LCS) adalah titik panas perkelahian China dengan berbagai negara.
Mengutip dari Bangkok Post, ASEAN tengah berusaha menyeimbangkan hubungan antara China dan AS, salah satunya adalah mengandalkan senjata AS untuk militernya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuannya, agar China tak membangun hegemoni regional di wilayah ASEAN, walaupun banyak negara ASEAN yang bergantung pada China dalam bidang ekonomi.
Kerja sama AUKUS ini dinilai dapat meningkatkan terjadinya konfrontasi AS-China yang dapat berdampak pada sektor ekonomi dan nasional.
Indonesia adalah negara pertama di kawasan ASEAN yang mengkritik kerja sama tersebut.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI), Retno Marsudi, khawatir meningkatnya tensi di kawasan Indo-Pasifik menyusul rencana pembangunan kapal selam bertenaga nuklir oleh Australia.
"Saya menekankan bahwa yang tidak diinginkan oleh kita semua adalah kemungkinan meningkatnya perlombaan senjata dan power projection di kawasan, yang tentunya akan dapat mengancam stabilitas keamanan kawasan," kata Retno.
Selain Indonesia, Malaysia juga turut berkomentar atas kerja sama ini. Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengatakan, ia khawatir AUKUS dapat memprovokasi kekuatan lain untuk bertindak lebih agresif, terutama di Laut Cina Selatan.
Sementara itu, Singapura berharap kesepakatan ini dapat berkontribusi secara konstruktif bagi perdamaian dan stabilitas wilayah.
Filipina memiliki pendapat yang berbeda. Negara itu mendukung kemitraan baru antara Amerika Serikat, Inggris, dan Australia untuk mengimbangi kekuatan China di kawasan Indo-Pasifik.
"Peningkatan kemampuan sekutu dekat luar negeri untuk memproyeksikan kekuatan harus memulihkan dan menjaga keseimbangan daripada mengacaukannya," ujar Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin, dalam pernyataan resmi seperti dilansir Reuters, Selasa (21/9).
"Kedekatan melahirkan singkatnya waktu respons; dengan demikian meningkatkan kapasitas militer teman dekat dan sekutu ASEAN untuk menanggapi ancaman terhadap kawasan atau menantang status quo," tutur Locsin.
Australia sendiri telah memberikan klarifikasi kepada negara ASEAN. Walaupun bertenaga nuklir, Australia mengklaim kapal selamnya tidak akan membawa senjata nuklir.
"Australia tidak sedang dan tidak akan mencari senjata semacam itu. Kami juga tidak berusaha membangun kemampuan nuklir sipil," tutur Duta Besar Australia untuk ASEAN Will Nankervis dalam pernyataan persnya.
Tak hanya itu, Nankervis juga membantah proyek AUKUS sebagai bentuk aliansi atau pakta pertahanan. Ia menjelaskan bahwa proyek ini dilakukan untuk membagi teknologi dan kemampuan antar tiga negara ini.