Dekan Manila's Ateneo School of Government, Ronald Mendoza, mengatakan di negara yang mana kepribadian dan pengenalan nama adalah kunci untuk memenangkan suara, dapat meningkatkan peluang kandidat yang kurang dikenal.
"Jika Anda relatif bukan siapa-siapa dengan uang untuk media sosial dan beberapa pengikut, Anda mungkin benar-benar mendapatkan jumlah suara yang tidak sedikit," tambahnya.
Namun mereka akan menghadapi tantangan yang tak kunjung usai dalam politik Filipina dari klan-klan kuat yang mendominasi pos-pos nasional, provinsi, dan lokal tanpa adanya sistem kepartaian yang kuat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uang dan sumbangan besar sangat penting di negara yang dilanda kemiskinan, korupsi, dan budaya patronase bersejarah.
"Para pekerja Pemilu masih bisa pergi dari pintu ke pintu untuk membeli suara. Uang mengalir begitu saja seperti air," kata seorang pengamat politik Filipina sejak lama kepada AFP.
Ketika perebutan politik semakin intensif menjelang pembukaan pendaftaran, seorang analis, Richard Heydarian, mengatakan terlalu dini memilih calon pemenang dalam pemilihan presiden, yang kerap memiliki ketidakpastian.
"Ini hanya satu putaran, pertama melewati pos, tidak ada pemilihan putaran kedua. Yang perlu Anda lakukan adalah memenangkan lebih banyak suara daripada orang lain," kata Heydarian.
Lihat Juga : |
Banyak yang akan tergantung pada siapa yang akan mencalonkan diri, banyak yang akan tergantung pada berapa banyak yang akan mencalonkan diri, lanjutnya.
"Banyak yang akan tergantung pada debat presiden (dan) kejenakaan seperti apa yang akan dilakukan para kandidat," ucap Heydarian.
Sejauh ini, Duterte belum mengumumkan pengganti yang diinginkannya.
Banyak yang berharap Sara menjadi penerus. Ia juga kemungkinan akan melindungi Duterte dari tuntutan pidana di Filipina, dan jaksa Pengadilan Kriminal Internasional menyelidiki perang narkoba mematikannya.
Bahkan jika Sara melewatkan tenggat waktu 8 Oktober untuk pendaftaran, dia masih memiliki waktu hingga 15 November untuk mendaftar meski jelas terlambat, seperti yang dilakukan ayahnya pada tahun 2015.
"Dia dikenal sebagai 'Teflon Duterte' karena suatu alasan," kata analis Eurasia Group, Peter Mumford.
"Dia cenderung mengabaikan sebagian besar tuduhan pembunuhan di luar proses hukum atau tidak pantas," lanjutnya.
Dukungan presiden biasanya akan menjadi "ciuman kematian" bagi penerima, kata Jorge Tigno dari jajak pendapat Social Weather Stations.
Namun walikota kota selatan Davao, posisi yang dipegang ayahnya sebelum dia menjadi presiden, mengatakan dia tidak akan mencalonkan diri jika Duterte mencalonkan diri sebagai wakil presiden.
Itu mungkin taktik untuk menghasilkan publisitas karena orang Filipina mencintai kandidat yang enggan, demikian menurut profesor ilmu politik Universitas Filipina, Jean Franco.
(isa/bac)