China dilaporkan sedang menyusun berbagai upaya untuk membuat kapal selam bertenaga nuklir pembawa rudal balistik (SSBN) mereka semakin sulit dideteksi pihak lain.
Dugaan ini mencuat dalam hasil riset penulis ensiklopedia mengenai kapal selam dari Prancis, Eric Genevelle. Ia melakukan riset bersama mantan teknisi sonar kapal selam nuklir Angkatan Laut Amerika Serikat, Richard W Stirn.
Dalam laporannya, Genevelle dan Stirn mendeteksi bahwa China meningkatkan kemampuan kapal selamnya agar tak terdeteksi dengan mengurangi kebisingan dan mengembangkan taktik untuk menyembunyikan nomor identifikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut mereka, China sudah memiliki dua jenis SSBN, yaitu Tipe 092 dan Tipe 094. Tipe 094 sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu varian A dan B.
Laporan itu menyebut China mencoba memodifikasi susunan sonar Tipe 094 agar dapat mengurangi suara bising. Selain itu, mereka juga menghilangkan jendela dan mengurangi lubang di lambung kapal.
Kedua peneliti itu juga menduga China menyusun skema penomoran kapal agar dapat mengelabui pihak intelijen asing.
Hingga saat ini, tak diketahui jumlah keseluruhan kapal selam bertenaga nuklir yang dimiliki China. Mereka diduga memberikan nomor lambung yang sama pada kapal berbeda untuk mengelabui pihak asing.
"Tujuan pengelabuan ini adalah untuk meminimalkan jumlah kapal selam yang ada dan membuat para peneliti bingung mengenai lokasi mereka," demikian bunyi laporan yang dikutip South China Morning Post itu.
Isi laporan itu berlanjut, "Jika mata-mata melihat kapal bernomor 409, mereka tak akan berpikir ada kapal bernomor 409 lainnya sedang berpatroli."
Meski demikian, Genevelle dan Stirn menganggap perkembangan terbaru ini belum bisa membuat kapal selam China berlayar tanpa terdeteksi ke perairan AS.
Laporan ini muncul di tengah peningkatan kehadiran militer China di perairan kawasan, terutama Asia. Terakhir, kapal selam riset China dilaporkan berada di perairan Laut Natuna Utara.
Peneliti Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), Imam Prakoso, mengatakan bahwa kapal riset China, Hai Yang Di Zhi 10, terdeteksi berada di Laut Natuna Utara beberapa waktu lalu. Dari pola pergerakannya, kapal itu diduga tengah melakukan riset.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, mengatakan bahwa kehadiran kapal China itu sudah sesuai dengan UNCLOS.
"Kalau di laut lepas boleh melintas berdasarkan UNCLOS," ujar Faizasyah melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com.
Namun, TNI Angkatan Laut menyatakan bahwa harus ada penelusuran lebih lanjut untuk mengetahui tujuan kapal selam itu berada di Natuna benar-benar melakukan riset atau bukan. Jika melakukan riset, tentu harus ada izin.
(has)