RI 'Putus' Norwegia, Proyek Deforestasi PBB Bisa Gagal Total

CNN Indonesia
Selasa, 12 Okt 2021 12:48 WIB
Keputusan RI menghentikan kerja sama penanganan deforestasi dalam mekanisme REDD+ dinilai mempengaruhi program pelestarian hutan PBB secara luas.
Indonesia rumah bagi hutan hutan tropis terbesar ketiga di dunia. (Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalismaaa)
Jakarta, CNN Indonesia --

Keputusan Indonesia mengakhiri kerja sama penanganan deforestasi di bawah mekanisme REDD+ pada September lalu dinilai mengancam program pelestarian hutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Mekanisme REDD+ merupakan sebuah kerangka kerja sama di bawah PBB yang bertujuan melestarikan hutan dunia. Dana publik dan swasta dikumpulkan dan diberikan kepada negara-negara berkembang, seperti Indonesia, untuk menangani masalah deforestasi dan manajemen hutan.

Setelah terlibat dalam mekanisme REDD+ sejak 2007, Kementerian Luar Negeri menyatakan Indonesia mengakhiri kerja sama dengan Norwegia selaku donor utama dalam kerangka kerja sama itu terhitung 10 September lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keputusan Pemerintah RI tersebut diambil melalui proses konsultasi intensif dan mempertimbangkan tidak adanya kemajuan konkret dalam implementasi kewajiban pemerintah Norwegia untuk merealisasikan pembayaran Result Based Payment (RBP) atas realisasi pengurangan emisi Indonesia sebesar 11,2 juta ton CO2eq pada tahun 2016/2017, yang telah diverifikasi oleh lembaga internasional," bunyi pernyataan Kemlu RI.

Indonesia disebut hanya menerima sedikit dari total dana bantuan REDD+ US$1 miliar yang dijanjikan Norwegia sebagai donor.

Data Indonesia menunjukkan deforestasi memang melambat selama lima tahun terakhir. Namun, Indonesia dikabarkan tak kunjung menerima dana pertama sebesar US$56 juta dari REDD+ sebagai bantuan atas pencapaian ini.

Seorang pejabat Indonesia mengatakan keputusan mengakhiri kerja sama REDD+ salah satunya karena Norwegia tidak menunjukkan "niat baik" dan tetap menetapkan persyaratan tambahan seperti dokumentasi tentang bagaimana aliran dana itu dipakai.

Indonesia pun menegaskan keputusannya keluar dari REDD+ "tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap komitmen negara memenuhi target pengurangan emisi."

Namun, sejumlah pihak khawatir langkah Indonesia tersebut kembali memperbesar ancaman deforestasi di negara dengan hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia ini.

Sebab, melindungi hutan dan memperbaiki manajemen hutan adalah kunci untuk memenuhi target ambisius perubahan iklim dunia.

Sementara itu, saat ini kehilangan hutan hujan tropis Indonesia akan menyumbang sekitar delapan persen emisi karbon tahunan dunia, menurut platform pemantau lingkungan Global Forest Watch.

"Ini memicu atau menghancurkan iklim global," kata Frances Seymour, pakar kehutanan dari lembaga pemikir lingkungan Amerika Serikat World Resources Insitute seperti dikutip AFP.

Proyek REDD+ picu konflik dengan masyarakat adat, baca di halaman berikutnya...



Mekanisme REDD+ Bermasalah

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER