Keluarga Afghanistan Jual Anak 9 Tahun Jadi Pengantin karena Krisis

has | CNN Indonesia
Selasa, 02 Nov 2021 11:10 WIB
Di tengah krisis kian parah usai Taliban berkuasa, banyak keluarga Afghanistan terpaksa menjual anaknya untuk menjadi pengantin demi memenuhi kebutuhan pokok. Ilustrasi. (AFP/Elise Blanchard)

Empat tahun sudah keluarganya hidup di kompleks kamp penampungan pengungsi di Provinsi Badghis, bergantung pada bantuan kemanusiaan dan kerja serabutan dengan upah hanya beberapa dollar sehari.

Kehidupan mereka kian merana ketika Taliban mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus lalu. Karena bantuan internasional berkurang drastis, Afghanistan terperosok ke jurang krisis ekonomi.

Imbasnya, keluarga Parwana tak dapat membeli kebutuhan pokok, bahkan sekadar makanan sehari-hari. Ayah Parwana, Abdul Malik, akhirnya memutuskan untuk menjual buah hatinya itu.

Menjelang penjualan anaknya, Malik mengaku tidak dapat tidur. Ia kalut. Berbagai perasaan berkecamuk, mulai dari patah hati, merasa bersalah, malu, dan khawatir.

Ia sebenarnya sudah berupaya sekeras mungkin agar tak harus menjual Parwana. Ia mengembara berkeliling Ibu Kota Provinsi Badghis, Qala e-Naw, untuk mencari pekerjaan, tapi tak pernah dapat.

Pada akhirnya, Malik malah harus meminjam "banyak uang" dari kerabatnya. Istrinya juga terpaksa mengemis makanan ke pengungsi lain.

"Anggota keluarga kami ada delapan. Saya harus menjual salah satunya untuk menyelamatkan nyawa anggota lain," tutur Malik.

Dengan menjual Parwana, keluarga Malik setidaknya dapat hidup dalam beberapa bulan. Di jeda waktu tersebut, Malik harus mencari solusi lain agar keluarganya dapat hidup.

Parwana hanya satu dari banyak gadis Afghanistan lain yang dijual untuk dinikahi di tengah krisis berkepanjangan di negara itu.

Meski usia pernikahan legal di Afghanistan setidaknya 15 tahun. Namun, penjualan anak seperti ini sudah biasa terjadi di Afghanistan sejak dulu.

[Gambas:Video CNN]

Aktivis hak asasi manusia di Badghis, Mohammad Naiem Nazem, mengatakan bahwa jumlah penjualan anak ini meningkat sejak Agustus lalu karena kelaparan yang semakin parah.

Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan lalu, lebih dari setengah populasi Afghanistan mengalami kekurangan makanan akut.

Lebih dari 3 juta anak di bawah 5 tahun diperkirakan mengalami malnutrisi dalam beberapa bulan ke depan. Sementara itu, harga pangan terus naik, dan bank-bank kekurangan uang.

"Setiap hari, jumlah keluarga yang menjual anaknya terus bertambah. Kekurangan makanan dan lapangan pekerjaan membuat para keluarganya itu harus melakukan praktik ini," kata Nazem.

(has/has)


[Gambas:Video CNN]
HALAMAN :
1 2
Lihat Semua
SAAT INI
BERITA UTAMA
REKOMENDASI
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
LIHAT SELENGKAPNYA

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TERPOPULER