Jakarta, CNN Indonesia --
Krisis pangan di Korea Utara dikabarkan terus memburuk menyusul penutupan perbatasan akibat pandemi Covid-19 yang belum juga usai.
Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menyatakan Korut menghadapi kekurangan pangan sekitar 860 ribu ton pada tahun ini.
Kelembapan tanah dan banjir yang melanda ladang tanaman di Korut juga memperparah krisis pangan lantaran sebagian besar hasil panen gagal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat krisis pangan ini, Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un menerapkan berbagai cara nyeleneh untuk menyelamatkan warganya dari krisis kelaparan.
Berikut daftar aturan nyentrik yang diterapkan Kim Jong-un dalam menghadapi krisis pangan.
1. Suruh Warga Makan Angsa Hitam
Kim Jong-un dikabarkan meminta pemerintah dan masyarakat Korut membiakkan angsa hitam hias sebagai bahan pangan alternatif. Warga Korut diminta berinovasi agar bisa bertahan di tengah krisis ekonomi dan pangan.
Media pemerintah Korut juga mempromosikan konsumsi daging angsa hitam kepada warganya.
"Daging angsa hitam enak dan memiliki manfaat dalam pengobatan," bunyi laporan surat kabar partai Buruh Korut, Rodong Sinmun, Senin (25/10).
2. Ajak Warga Ternak Kelinci
Selain mengonsumsi angsa hitam, warga Korut juga diajak beternak kelinci untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Meski sebagian publik menganggap perintah ini aneh, tapi sejumlah pakar tak begitu heran karena daging kelinci memang biasa dijadikan makanan di berbagai daerah di dunia.
3. Suruh Warga Kurangi Makan
Seorang warga Korut bercerita kepada Radio Free Asia bahwa pemerintah Korut sempat berkunjung ke rumah-rumah warga untuk memberi tahu bahwa krisis pangan kemungkinan masih akan melanda hingga 2025.
"Situasi pangan sekarang saja sudah gawat dan warga menderita. Ketika pemerintah meminta warga untuk berhemat dan mengonsumsi makanan lebih sedikit hingga 2025, mereka tak bisa berbuat apa pun. Hanya dapat sedih," ujar warga yang enggan diungkap identitasnya itu.
3 jurus nyeleneh Kim Jong-un lainnya bisa di baca di halaman berikutnya >>>
4. Hukum Warga yang Curi Jagung Masuk Kamp Kerja Paksa
Korut menghukum warganya yang kedapatan mencuri jagung ke kamp kerja paksa. Pencurian ini dilakukan karena warga tak lagi kuat menghadapi krisis pangan yang melanda negara itu.
Dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah mengambil 60 persen hasil tani, sementara petani dapat membawa pulang 40 persen sisanya.
Bagian mereka ini tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi hasil tani di sejumlah daerah belakangan ini berkurang 20 persen.
Dengan krisis pangan tahun ini, kehidupan para petani kian sengsara. Beberapa dari mereka lantas berupaya mengelabui sistem.
"Lima hari lalu, lima petani tertangkap menyembunyikan jagung dalam satu inspeksi. Mereka dihukum lima bulan di pusat kerja paksa," ucap seorang sumber pemerintahan Korut.
[Gambas:Photo CNN]
5. Jual Beras Jatah Tentara untuk Warga
Pada Agustus lalu, pemerintah Korea Utara dilaporkan menggunakan persediaan beras jatah tentara untuk dijual kepada penduduk yang membutuhkan beras yang semakin langka.
Menurut laporan Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS), pemerintah Korut bakal menjual beras logistik milik angkatan bersenjata kepada rakyat yang kesulitan bahan pangan, buruh dan lembaga desa.
6. Bikin Kupon Pengganti Uang
Tak hanya mengalami krisis pangan, Korut juga dikabarkan tengah mengalami krisis uang kertas.
Berbagai media mengutip sumber tak dikenal di Korut melaporkan kekurangan uang kertas membuat Bank sentral negara pimpinan Kim Jong-un itu sampai harus mencetak kupon senilai sekitar US$1 (Rp14 ribu) sebagai pengganti alat transaksi warga.
Pemerintah Korut juga dikabarkan menggunakan kupon-kupon yang dinamakan Tonpyo itu untuk menggaji pegawai.
Rimjin-gang, sebuah situs berita di Jepang yang dioperasikan pembelot Korea Utara, melaporkan bahwa kupon tersebut beredar setidaknya sejak Agustus.
Salah satu penyebabnya kekurangan uang kertas itu dilaporkan karena Korea Utara belum menerima kertas dan tinta yang dikirim dari China guna mencetak uang kertas resmi.
Kelangkaan kertas dan tinta itu terjadi karena sampai saat ini Korea Utara masih menutup perbatasan akibat pandemI Covid-19.