Beda Jurus Kim Jong-un dan Sang Ayah Atasi Krisis Pangan

CNN Indonesia
Jumat, 19 Nov 2021 17:39 WIB
Pemimpin Korut Kim Jong-un punya gaya berbeda dengan Kim Jong-il dalam mengatasi krisis pangan, apa bedanya?
Festival bunga di Korut memajang foto mendiang Pemimpin Tertinggi Kim Jong-il pada 2018 lalu. (Foto: KIM Won-Jin/AFP)

Gaya Kim Jong-il Atasi Krisis Pangan

Sementara itu, medio 1990, Korut juga mengalami bencana kelaparan yang akut hingga dilaporkan menewaskan ratusan hingga jutaan orang. Namun, sampai saat ini, Korut tak pernah merilis secara resmi jumlah korban akibat wabah kelaparan akut yang terjadi di negaranya.

Korut bahkan kerap melancarkan propaganda yang mencegah warga dan media mengakui krisis tersebut terjadi.

Menurut laporan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Natural Hazards Observer: Personal Histories of Hunger in North Korea yang rilis pada 2015, sedikitnya 500 ribu warga Korut tewas akibat kelaparan dan hal terkait lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jurnal itu melaporkan masyarakat Korut saat itu bahkan tidak boleh mengakui kelaparan yang terjadi di negara itu.

"Tidak mungkin rasa lapar itu bisa diucapkan secara lantang. Ada seorang wanita tua yang sangat lapar, dia berusia sekitar 80 tahun, dia pergi keluar sambil berkata, 'Astaga! Saya sangat lapar. Bagaimana kita ditakdirkan untuk hidup seperti ini?' dan malam itu juga dia dibawa pergi entah kemana," bunyi kutipan jurnal itu.

Serupa tapi tak sama, saat itu Kim Jong-il juga memberi instruksi kepada pemerintah dan masyarakatnya untuk beralih konsumsi ke suatu komoditas makanan yang lebih terjangkau.

Saat itu, Kim Jong-il mengusulkan kentang sebagai bahan pangan utama pengganti beras untuk dikonsumsi warga Korut. Kebijakan ini diterapkan seperti sang ayah dan kakek Kim Jong-un, Kim Il-sung.

Namun ternyata, banyak ladang kentang warga yang gagal panen karena diserang hama dan penyakit.

Akibat hal itu, warga Korut pun kian terpuruk akibat tidak ada cadangan pangan yang cukup.

Kim Jong-il juga meneruskan kebijakan sang ayah lainnya dalam menangani krisis pangan dan kelaparan, terutama soal penjatahan beras dan gandum bagi warga Korut.

Hanya pejabat politik dan militer Korut yang dikabarkan mendapatkan jatah beras dan nasi yang cukup. Sementara itu, warga lebih banyak mendapatkan jagung.

Pada 1995, pemerintah Korut mengumumkan bencana banjir dan meminta pertolongan dunia secara terbuka. Beberapa organisasi, seperti Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Dana Darurat Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengulurkan sejumlah bantuan kepada Korut.

Namun, organisasi internasional yang menolong Korut kala itu menghadapi berbagai masalah. Pembatasan yang ketat dari pemerintah Korut membuat para pekerja organisasi bantuan kesulitan membantu warga dan tak mengetahui siapa yang menerima makanan yang mereka berikan.

Muncul juga desas-desus bantuan makanan diberikan ke pihak militer, yang mana merupakan prioritas Korut.

Tak hanya itu, beras yang didapatkan dari Jepang dan Korea Selatan juga disebut sempat dijual kembali untuk mendapatkan devisa.

(pwn/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER