Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung menyampaikan mulai menyiapkan antisipasi untuk menangani pasien Covid-19 varian Omicron.
Suspek varian Omicron di Singapura tak boleh dirawat di rumah, Selasa (30/11). Mereka akan diisolasi di Pusat Nasional Singapura untuk Penyakit Menular (NCID) sampai dokter yakin bahwa mereka tak lagi menularkan virus.
Mengutip Strait Times, para suspek harus menjalani pengujian berulang untuk memastikan kemampuan penularan virus tadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, pelacakan total juga akan dilakukan bagi orang-orang yang terdeteksi kasus Omicron. Orang-orang yang melakukan kontak erat dengan suspek varian Omicron harus menjalani karantina selama sepuluh hari di fasilitas khusus.
Pemerintah Singapura juga akan melakukan tes PCR di awal dan akhir karantina pada kelompok tadi. Tes ini juga akan difokuskan untuk mendeteksi varian Omicron dengan cara sekuensi genetik.
Ong juga menyampaikan teknologi baru untuk PCR yang dapat menunjukkan kemungkinan seseorang terinfeksi varian Omicron. Teknologi ini dibuat oleh Firma Bioteknologi ThermoFisher.
Teknologi baru ini akan diprioritaskan untuk digunakan oleh turis, kata Ong. Ia juga menyampaikan masyarakat dapat berpikir Singapura kini memiliki dua virus yang berbeda.
"Kita akan memiliki dua varian berbeda, dua set protokol kesehatan yang berbeda. Satu set untuk Delta, satu set lagi untuk Omicron, dan cara untuk membedakan keduanya ialah dengan tes PCR dari ThermoFisher," tutur Ong.
Singapura perketat protokol kesehatan, baca di halaman berikutnya...
Singapura juga akan memperketat protokol kesehatan mereka, seperti yang dilakukan negara itu kala pandemi dimulai.
Ong mengibaratkan situasi saat ini seperti permainan ular tangga, di mana hasil dari dadu yang dilemparkan masih belum diketahui.
Jika varian Omicron lebih infeksius dan berbahaya, pun juga mengurangi efektivitas vaksin, Singapura akan mendarat di kolom ular.
"Kita akan turut, dan itu membuat kita menghadapi kemunduran yang jauh," ucapnya.
Namun, jika varian ini lebih infeksius tetapi tak berbahaya, varian ini dapat menggantikan dominasi penyebaran varian Delta dan tak begitu mengancam keberlangsungan program hidup bersama Covid-19 yang dicanangkan Singapura.
Beberapa waktu lalu, dua orang yang datang dari Afrika Selatan positif mengidap varian Omicron setelah menjalani tes di Sydney. Kedua orang ini sempat transit di Bandara Changi, Singapura. Kejadian ini membuat kemungkinan keberadaan varian Omicron di negara itu meningkat.
Tak hanya itu, Singapura dan Malaysia memutuskan untuk membuka kembali perbatasan antarnegara pada Senin (29/11). Pembukaan ini membuat lebih dari 1.440 pelancong kedua negara dapat melintasi perbatasan tanpa karantina.
Aturan ini hanya berlaku jika pelancong memegang hak kependudukan, residensi, atau visa jangka panjang.
Walaupun demikian, Singapura memutuskan untuk melarang pendatang dari tujuh negara di Afrika masuk ke negara itu menyusul kemunculan varian Omicron. Larangan ini berlaku mulai Sabtu (27/11) terhadap pendatang asing yang memiliki riwayat perjalanan ke Botswana, Eswatini, Lesotho, Mozambik, Namina, Afrika Selatan dan Zimbabwe.