Jejak Dinasti Saud di Arab Saudi dan Pengaruh Wahabisme

CNN Indonesia
Jumat, 17 Des 2021 07:30 WIB
Jejak-jejak dinasti Al-Saud di Arab Saudi dan cikal-bakal ajaran pemurnian Islam Wahabisme di negara tersebut.
Raja Saud bin Abdulaziz, raja kedua Arab Saudi. (AFP/)

Raja Abdulaziz tercatat secara resmi sebagai raja pertama Dinasti Saud di Arab Saudi. Kini singgasana kerajaan ditempati Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud.

Berikut sederet Raja yang memimpin Arab Saudi

Raja Abdulaziz (1932-1953)

Raja Abdulaziz memimpin Kerajaan dari 1932 hingga 1953. Di era kepemimpinannya, ia membawa Arab Saudi ke arah modernisasi. Diantara modernisasi itu yakni pembangunan infrastruktur negara, memperkenalkan teknologi modern, dan meningkatkan pendidikan, perawatan kesehatan dan pertanian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Raja Saud (1953-1964)

Putra sulung Abdulaziz, Saud, mengambil alih kekuasaan usai kematian sang ayah pada tahun 1953. Dia melanjutkan warisan Raja Abdulaziz, membentuk Dewan Menteri dan mendirikan Kementerian Kesehatan, Pendidikan, dan Perdagangan.

Salah satu keberhasilan terbesar Raja Saud adalah pengembangan pendidikan. Di bawah pemerintahannya banyak sekolah didirikan di Saudi termasuk institut pendidikan tinggi pertama, Universitas Raja Saud, pada tahun 1957.

Raja Saud juga meninggalkan jejak di dunia internasional. Pada 1957, ia menjadi raja Saudi pertama yang mengunjungi Amerika Serikat. Kemudian pada 1962, ia mensponsori sebuah konferensi Islam internasional yang akan menjadi Liga Muslim Dunia.

Raja Faisal (1964-1975)

Raja Faisal bin Abdulaziz adalah seorang inovator visioner yang sangat menghormati tradisi.

Dia memprakarsai rencana pembangunan ekonomi dan sosial yang akan mengubah infrastruktur Arab Saudi, terutama industri. Dia juga mendirikan sekolah umum pertama untuk anak perempuan.

Dalam politik luar negeri, Raja Faisal menunjukkan komitmen yang kuat terhadap dunia Islam. Dia adalah kekuatan sentral di balik pembentukan Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 1971.

Sepanjang periode pergolakan tahun 1960-an dan 1970-an, yang mencakup perang Arab-Israel dan krisis minyak tahun 1973, Raja Faisal adalah suara untuk moderasi, perdamaian dan stabilitas.

Raja Khalid (1975-1982)

Khalid bin Abdulaziz menggantikan Raja Faisal pada tahun 1975. Ia juga menekankan pembangunan infrastruktur fisik negara secara besar-besaran.

Di panggung internasional, Raja Khalid merupakan penggerak utama dalam pembentukan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) pada tahun 1981, sebuah organisasi yang mempromosikan kerjasama ekonomi dan keamanan di antara enam negara anggotanya: Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.

Raja Fahd (1982-2005)

Di bawah Raja Fahd bin Abdulaziz, yang mengadopsi gelar Penjaga Dua Masjid Suci, Arab Saudi melanjutkan pembangunan sosial ekonomi yang luar biasa. Negara ini, juga muncul sebagai kekuatan politik dan ekonomi terkemuka.

Ia juga mendiversifikasi ekonomi dan mempromosikan perusahaan swasta serta investasi. Dia merestrukturisasi pemerintah Saudi dan menyetujui pemilihan kotamadya nasional pertama, yang berlangsung pada 2005.

Salah satu pencapaian terbesar Raja Fahd adalah serangkaian proyek untuk memperluas fasilitas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. menampung jutaan peziarah yang berkunjung setiap tahun.

Sebagai Putra Mahkota pada tahun 1981, ia mengusulkan delapan poin rencana untuk menyelesaikan konflik Arab-Israel dan memberikan Palestina sebuah negara merdeka.

Rencana tersebut dianggap sebagai salah satu upaya pertama untuk menemukan penyelesaian yang adil dan langgeng, yang mempertimbangkan kebutuhan Arab dan Israel.

Raja Abdullah (2005 - 2015)

Penjaga Dua Masjid Suci Raja Abdullah bin Abdulaziz naik takhta setelah kematian Raja Fahd pada 1 Agustus 2005.

Dipengaruhi oleh ayahnya, Raja Abdulaziz, ia menjunjung agama, sejarah, dan warisan Arab.

Diplomasi internasionalnya mencerminkan peran kepemimpinan Arab Saudi dalam membela isu-isu Arab dan Islam dan untuk pencapaian perdamaian, stabilitas dan keamanan dunia.

Perdamaian di Timur Tengah dan penderitaan rakyat Palestina menjadi perhatian khusus Raja Abdullah.

Usulannya untuk perdamaian Arab-Israel yang komprehensif, yang dipresentasikan pada KTT Arab Beirut pada tahun 2002, telah diadopsi oleh Liga Negara-negara Arab dan dikenal sebagai Inisiatif Perdamaian Arab.


Raja Salman (2015-2017)

Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman bin Abdulaziz naik takhta setelah kematian Raja Abdullah pada 23 Januari 2015.

Raja Salman Salman ditunjuk sebagai Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, dan diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri, oleh Penjaga Dua Masjid Suci Raja Abdullah bin Abdulaziz pada 18 Juni 2012. Ia juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan.

Dia adalah penerima beberapa gelar kehormatan dan penghargaan akademik, termasuk gelar doktor kehormatan dari Universitas Islam Madinah, penghargaan akademik Pangeran Salman, dan Medali Kant oleh Akademi Ilmu Pengetahuan dan Humaniora Berlin-Brandenburg sebagai penghargaan atas kontribusinya pada bidang sains.

Selama kunjungan resmi ke Amerika Serikat pada April 2012, Raja Salman bertemu dengan Presiden Barack Obama dan sejumlah pejabat AS.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman (2017-sekarang).

MBS diangkat menjadi putra mahkota pada 2017 lalu. Ia disebut mengeluarkan gebrakan baru sebagai langkah mengubah kultur, dari negara konservatif menjadi lebih moderat. Terutama, dalam penerapan hukum syariat Islam.

Aturan itu diantaranya, mengizinkan pengunjung berpakaian bikini di pantai di wilayah tertentu, perempuan boleh hidup sendiri tanpa wali, perempuan boleh menyetir, ganti nama tanpa izin wali, dan perempuan masuk militer.

(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER