Jakarta, CNN Indonesia --
Pada Desember 1991, salah satu negara adidaya saat itu, Uni Soviet, resmi bubar.
Uni Soviet kemudian terpecah menjadi 15 negara yang tersebar di Asia dan Eropa.
Berikut deret negara bekas Uni Soviet yang ada di Asia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Kazakhstan
Selama beberapa hari lalu, Kazakhstan berada dalam kekacauan usai ribuan orang turun ke jalan. Mereka memprotes kenaikan harga LPG. Pemerintah sempat menurunkan harga, namun para pedemo tak puas.
Tuntutan mereka meluas mulai dari kekecewaan terhadap pemerintah karena otoriter, korupsi yang meranggas, hingga kesenjangan sosial-ekonomi.
Pemerintah kemudian menetapkan status darurat sebagai respons akan kerusuhan itu. Mereka juga mengklaim berhasil mengatasi situasi.
Namun, baru-baru ini Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev memerintahkan pasukan keamanan meluncurkan tembakan kepada 'teroris.'
Kata teroris merujuk pada pedemo yang dianggap melakukan kerusuhan dan pemberontakan.
Kazakhstan mendeklarasikan kemerdekaan pada 16 Desember 1991. Negara ini merupakan yang terbesar di Asia tengah dan terbesar kesembilan di dunia.
Secara geografis ia berbatasan dengan Rusia di sebelah utara, di sebelah timur dengan China, di selatan dengan Kirgistan.
2. Tajikistan
Tajikistan merdeka pada 1991. Tak lama setelah itu perang saudara berkecamuk dari 1992-1997.
Perang itu telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat lebih dari setengah juta warga Tajikistan mengungsi.
Pada 1994 elemen pemerintah dan pemberontak sepakat gencatan senjata. Pemimpin oposisi yang berhasil menggulingkan pemerintah sebelumnya, Emomali Rahmonov, terpilih menjadi presiden.
Namun, pertempuran itu berlanjut hingga Juni 1997. Perang berakhir saat pihak yang terlibat menandatangani perjanjian damai yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rusia, dan Iran.
Usai perang itu berakhir, stabilitas politik internal mulai nampak dan bantuan asing juga mengalir ke negara tersebut.
Perdagangan komoditas seperti kapas, aluminum dan uranium turut menyumbang perekonomian negara.
Sayangnya stabilitas itu tak berlangsung lebih lama. Pada akhir Juli 2012, perang kembali pecah.
3 Negara Asia Pecahan Uni Soviet lainnya dapat dibaca di halaman berikutnya >>>
3. Turkmenistan
Saat Uni Soviet runtuh, Turkmenistan khawatir akan perekonomian negara. Mereka mendeklarasikan kemerdekaan pada Oktober 1991.
Pemimpin lama Republik Sosialis Soviet Turkmenistan, Saparmurat Niyazov, menjadi presiden pertama Turkmenistan. Ia kerap kali disebut Turkmenbashi, "pemimpin bangsa Turkmenistan."
Namun di era pemerintahannya, ia gagal meningkatkan kualitas hidup penduduk meski banyak investor asing masuk. Niyazov tampak sibuk mendeklarasikan dirinya sebagai presiden seumur hidup dengan terus mengejar proyek mewah untuk menopang kekuasaan nya.
Salah satunya, patung emas yang serupa dengan Niyazov yakni Neutrality Arch . Patung ini sengaja dirancang agar terus menghadap matahari. Kemudian, ia menyerukan pembuatan Danau Zaman Keemasan untuk dibangun di padang pasir dengan biaya US$ 6 miliar.
Menurut laporan Britannica, pada akhir 2006, setelah lebih dari dua dekade berkuasa, Niyazov meninggal mendadak karena gagal jantung. Posisi itu kemudian digantikan oleh Mantan Menteri Kesehatan, Gurbanguly Berdymukhammedov.
Berdymukhamedov berusaha 'membuang' peninggalan pemerintahan sebelumnya, seperti memindahkan patung dari pusat kota hingga mengembalikan nama hari dalam seminggu dan bulan, yang tadinya menggunakan nama Niyazov.
4. Kirgistan
Kirgistan resmi menjadi negara berdaulat pada 31 Agustus 1991.
Sebagian besar wilayah negara ini merupakan dataran tinggi atau pegunungan.
Dari sisi populasi, penduduk Kirgistan masih tergolong muda. Lebih dari separuh populasi berusia di bawah 30 tahun, sementara hampir sepertiga berusia di bawah 15 tahun.
Tingkat kematian juga sedikit lebih rendah dari rata-rata global, pun dengan tingkat kelahiran sedikit di atas rata-rata.
Kirgistan adalah republik multipartai kesatuan dengan satu dewan legislatif. Konstitusi 1993, yang menggantikan konstitusi era Soviet yang berlaku sejak 1978, mengakui banyak hak dan kebebasan warga negara. Aturan ini mampu membuat presiden menerapkan amandemen melalui referendum nasional
Namun, pada 2010 sebuah konstitusi baru disahkan usai bentrokan etnis dan penggulingan Presiden. Kurmanbek Bakiyev.
Hal ini membuat banyak perubahan seperti menetapkan batasan untuk mencegah satu partai mendominasi sistem politik. Kemudian pada 2021, sebuah konstitusi baru dibuat dan mengembalikan pemerintah ke sistem presidensial.
5. Uzbekistan
Pada tahun-tahun awal kemerdekaan, Uzbekistan mengadopsi simbol kedaulatan seperti konstitusi baru, mata uang, lagu kebangsaan, dan bendera.
Tingkat keragaman dalam populasi Uzbekistan berkurang, karena banyak orang, termasuk Yahudi, Jerman, Yunani, Turki Meskhetian, dan Slavia, di khawatir dengan etnosentrisme Uzbekistan.
Di internal Uzbekistan, kelompok militan Islam berusaha mendapat tempat di negara itu. Dan tindakan menyebabkan pecahnya kekerasan dan penganiayaan terhadap banyak umat Muslim.
Uzbekistan mendukung kampanye pemerintah AS di Afghanistan, sehingga memungkinkan pasukan Washington menggunakan pangkalan udara Uzbekistan mulai tahun 2001.
Upaya pemerintah untuk mencapai stabilitas mengorbankan politik dan hak asasi manusia, yang memuncak dalam tragedi Mei 2005. Ketika itu, pasukan militer menembaki sekelompok besar pengunjuk rasa yang berkumpul di kota Andijon.
Kelompok hak asasi memperkirakan, 700 hingga 1.500 warga sipil tewas dalam pembantaian itu.
Insiden tersebut menuai kecaman internasional dan beberapa sanksi dari Uni Eropa dan Amerika Serikat tetapi status quo represif Uzbekistan tetap utuh.
Uzbekistan juga menghadapi kritik internasional atas mobilisasi kerja paksa yang dijalankan negara untuk industri kapas, yang setiap tahun menyaksikan sekitar satu juta anak-anak dan orang dewasa dipaksa memanen kapas. Mereka hanya diberi upah sedikit atau tanpa bayaran.
Dikutip Britannica, Uzbekistan mengambil beberapa langkah pada tahun 2012 untuk mengurangi ketergantungannya pada pekerja anak, tetapi praktik merancang ratusan ribu pemetik kapas non-sukarela terus berlanjut. Agen pemerintah juga terus melanjutkan pelecehan dan intimidasi mereka terhadap para pengkritik sistem di dalam Uzbekistan.
Presiden Uzbekistan saat ini adalah Shavkat Mirziyoyev. Ia melakukan beberapa upaya untuk membuka ekonomi dan memperbaiki hubungan Uzbekistan yang terkadang tegang dengan masyarakat internasional.
Dia menunjukkan setidaknya kepedulian untuk masalah hak asasi manusia, membebaskan tahanan politik dan menoleransi beberapa protes publik. Namun terlepas dari reformasi Mirziyoyev, banyak pengamat mencatat perilaku otoriter yang terus berlanjut dan menyarankan bahwa perlu adanya reformasi terutama di bidang pembangunan ekonomi.