Peluncuran rudal oleh Korut kembali memicu kecaman dari berbagai pihak internasional, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Politik , Victoria Nuland, mengatakan peluncuran rudal hipersonik itu berbahaya.
"Ini jelas membawa kita ke arah yang salah. Seperti yang Anda ketahui Amerika telah mengatakan bahwa kami terbuka untuk berdialog dengan Korea Utara," katanya saat konferensi pers di Washington.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya merasa terbuka berbicara soal Covid-19 dan dukungan kemanusiaan, namun Korut malah melakukan sebaliknya: menembakkan rudal, kata Nuland.
Uni Eropa juga mengecam peluncuran rudal terbaru Korea Utara. Mereka menganggap hal itu sebagai ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional dan meminta Pyongyang melanjutkan diplomasi.
Peluncuran itu dilakukan usai enam negara, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, mendesak Korea Utara menghentikan tindakan yang membuat kawasan tak stabil atau destabilisasi.
Desakan tersebut mencuat jelang pertemuan tertutup Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membahas uji coba rudal hipersonik yang dilakukan Pyongyang pekan lalu.
Uji coba terbaru disebut menjadi respons penolakan Korea Utara atas seruan Amerika Serikat untuk melakukan pembicaraan.
Pekan lalu, Korut juga mengklaim berhasil melakukan uji coba rudal hipersonik. Uji coba ini merupakan yang pertama sejak Oktober 2021 lalu.
Pemerintah mengatakan, keberhasilan berturut-turut dalam uji peluncuran di sektor rudal hipersonik memiliki signifikansi strategis karena senjata itu turut mempercepat modernisasi angkatan bersenjata strategis negara
Sepanjang 2021 di tengah krisis pangan yang menerjang, Korut mengaku berhasil menguji jenis rudal balistik yang meluncur dari kapal selam, rudal jarak jauh, dan hulu ledak hipersonik.
Pada pertemuan partai berkuasa akhir Desember lalu, Pemimpin Korut, Kim Jong-un, bersumpah akan terus membangun kemampuan militer mereka.
(isa/bac)