Perang Yugoslavia melibatkan tiga etnis, yakni Bosnia, Serbia, dan Kroasia, pun juga tentara Yugoslavia dan negara Barat, dikutip dari Britannica.
Dalam perang ini, jet F-15 digunakan sebagai alutsista sekutu AS. Misi utama pesawat tempur itu adalah melumpuhkan instalasi militer musuh di darat.
Mengutip BBC, perang Yugoslavia terjadi kala tensi dalam etnis Serbia, Kroasia, Muslim Bosnia, Albania, dan Slovenia meningkat. Yugoslavia awalnya merupakan negara federasi dari beberapa etnis tadi, tetapi terpecah dan mulai banyak wilayah yang ingin mendeklarasikan diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 1991, Kroasia dan Slovenia mendeklarasikan kemerdekaan. Tentara Yugoslavia, yang didominasi Serbia, menyerang kedua negara itu.
Bosnia, negara dengan campuran etnis Serbia, Muslim, dan Kroasia, juga ikut mencoba merdeka. Namun, keinginan ini ditentang Serbia Bosnia yang didukung oleh Serbia di Yugoslavia.
Di bawah kepemimpinan Radovan Karadzic, Serbia mengancam pertumpahan darah jika Muslim Bosnia dan Kroasia memisahkan diri.
Meski sempat terjadi gencatan senjata pada 1992, perang tetap meletus dan menyebabkan lebih dari 100 ribu orang tewas.
Perang ini berakhir setelah NATO mengebom kubu Serbia Bosnia dan tentara Muslim.
AS kemudian menengahi dua kubu dan membagi Bosnia ke dua pemerintahan, yakni republik Serbia-Bosnia dan federasi Muslim-Kroasia.
Mengutip Reuters, jet F-15 sempat dikerahkan dalam perang di Afghanistan. Pada 2009, satu jet tempur F-15E milik AS jatuh di timur Afghanistan dan menyebabkan dua awak pesawat tewas.
Kala itu, Taliban masih berperang dengan pemerintahan Afghanistan yang didukung AS dan NATO.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan militan mereka yang bertanggung jawab atas serangan jet ini. Taliban juga kerap mengklaim bertanggung jawab atas kecelakaan militer udara Barat yang terjadi di Afghanistan.
Meski demikian, banyak pihak yang meragukan Taliban memiliki rudal yang bisa menjatuhkan jet supersonik.
Seperti diketahui, AS memutuskan menginvasi Afghanistan setelah peristiwa 11 September 2001. Tujuan awal invasi AS ke Afghanistan adalah memburu Al-Qaeda, dan pemimpinnya, Osama bin Laden, sebagai dalang utama serangan teror kala itu.
Afghanistan, yang kala itu dipimpin Taliban, memiliki relasi dekat dengan Al-Qaeda. Namun, masalah ini berkembang dan membuat AS memburu pasukan Taliban di negara itu.
Di sisi lain, perlawanan Taliban terhadap invasi AS dan sekutu di Afghanistan terus berlanjut. Taliban kerap meluncurkan bom bunuh diri dan serangan lain terhadap pasukan pemerintah Afghanistan dan Barat.
Taliban kemudian berhasil menguasai Afghanistan pada Agustus 2021.
(pwn/bac)