Pusat Koordinasi Tanggap Bencana Euro-Atlantik (EADRCC) sebelumnya menyatakan telah menerima permintaan bantuan internasional yang diajukan Ukraina, Senin (15/2). EADRCC ini merupakan mekanisme tanggap darurat sipil utama NATO di wilayah Euro-Atlantik.
Dalam permintaan itu, Ukraina memberikan rincian barang-barang yang dibutuhkan. Beberapa barang tersebut antara lain mobil, truk, derek, buldoser, mesin untuk radiasi dan pengintaian bahan kimia, peralatan komunikasi, suplai medis, dan sebagainya.
Selain itu, Presiden AS, Joe Biden, juga berkomitmen penuh untuk mendukung Ukraina. Ia mengatakan apa pun yang terjadi, AS dan NATO akan melangkah setiap incinya untuk membela Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Amerika Serikat akan mempertahankan setiap inci wilayah NATO dengan kekuatan penuh yang dimiliki. Serangan terhadap satu negara NATO adalah serangan terhadap kita semua," kata Biden dalam pernyataan pers di Gedung Putih, dikutip CNN, Selasa (15/2).
"Komitmen AS terhadap pasal 5 (di perjanjian NATO) adalah suci," lanjut Biden.
Pasal 5 dalam kesepakatan NATO menjadi salah satu alasan utama AS membela Ukraina mati-matian jika diserbu Rusia. Pasal 5 dalam perjanjian NATO berisikan janji setia setiap negara anggota yang akan membantu anggota lainnya jika diserang musuh.
Selain itu, kedudukan AS sebagai pemilik militer terkuat NATO membuat setiap negara dalam aliansi itu secara efektif berada dalam perlindungan Negeri Paman Sam.
Komitmen AS terhadap Ukraina ini juga diikuti dengan pengiriman bantuan dari beberapa negara sekutu.
Salah satu sekutu AS, Kanada, memutuskan memberikan alat utama sistem pertahanan (alutsista) senilai CAN$7,8 juta (Rp87 miliar) ke Ukraina.
"Mengingat kegentingan situasi dan melanjutkan diskusi dengan mitra Ukraina kami, saya telah menyetujui penyediaan peralatan dan amunisi mematikan senilai CAN$7,8 juta (Rp87 miliar)," ucap Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari AFP.
Inggris, salah satu sekutu AS, juga memberikan senjata anti-tank ke Ukraina untuk membantu negara itu mempertahankan diri dari Rusia, bila Moskow benar-benar meluncurkan serangan.
"Kami telah mengambil keputusan untuk mendukung Ukraina dengan sistem senjata pertahanan anti-armour ringan," kata Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, saat rapat dengan parlemen seperti dikutip dari Reuters.
Melihat dukungan AS, NATO, dan berbagai sekutu yang kian mengalir, tak heran Ukraina berani melawan Rusia bila Moskow memutuskan melakukan invasi.
(pwn/bac)