Pejabat senior Amerika Serikat menganggap klaim Rusia soal penarikan pasukan dari perbatasan Ukraina adalah palsu.
Pejabat Gedung Putih itu memaparkan klaim Presiden Vladimir Putin bahwa Rusia tak ingin perang dan mau berdialog adalah kedok belaka.
Menurutnya, Rusia justru terus menambah pasukannya di dekat Ukraina dalam beberapa hari terakhir. Saat ini, katanya, seluruh pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina meningkat hingga 7.000 pasukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Bangkok Berubah Nama sampai Rusia Bangun Jembatan Mendekat Ukraina |
"Kemarin, pemerintah Rusia mengatakan telah menarik pasukan dari perbatasan Ukraina. Mereka lantas mendapat banyak perhatian dari klaimnya itu. Tapi kami tahu itu bohong," ucap pejabat AS yang anonim itu seperti dikutip Reuters pada Rabu (16/2).
"Setiap indikasi yang kami miliki sekarang adalah mereka (Rusia) hanya bermaksud menawarkan secara terbuka untuk berbicara dan membuat klaim tentang deeskalasi, sementara diam-diam memobilisasi perang," paparnya menambahkan.
Rusia saat ini diperkirakan masih menempatkan sedikitnya 150 ribu pasukan lengkap dengan alat tempur di sepanjang perbatasan dekat Ukraina.
Menurut pejabat AS itu, kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina masih besar. Ia memperingatkan Rusia dapat menggunakan dalih palsu untuk melakukan serangan kapan saja, termasuk klaim soal aktivitas NATO atau serangan ke wilayah Rusia.
"Kita sepertinya akan melihat lebih banyak laporan palsu dari media pemerintah Rusia dalam beberapa hari mendatang. Kita tidak tahu apa bentuk dalih palsu itu. Tapi kami berharap dunia sudah siap," ucapnya seperti dikutip CNN.
Pada Selasa (15/2), Putin mengklaim mengirim beberapa pasukan kembali ke pangkalan setelah menyelesaikan latihan di Crimea, wilayah Ukraina yang dianeksasi oleh Rusia pada 2014.
Namun, AS dan negara Eropa kompak meragukan klaim tersebut.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi itu belum melihat "tanda-tanda deeskalasi di lapangan," tetapi menambahkan bahwa "tanda-tanda dari Moskow bahwa diplomasi harus dilanjutkan" adalah alasan untuk optimisme yang hati-hati.
Sementara itu, Menteri luar negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengatakan pada konferensi pers di Kyiv dia mematuhi aturan terkait klaim Rusia: "Jangan dengar lalu percaya. Tapi lihat dan percaya."
Dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan ada "perbedaan antara apa yang Rusia katakan dan apa yang dilakukannya."
"Apa yang kami lihat bukanlah kemunduran yang berarti," kata Blinken kepada ABC News.