Kenapa Rusia Ngotot Ingin Agresi meski Ukraina Batal Gabung NATO?

CNN Indonesia
Kamis, 24 Feb 2022 09:31 WIB
Apa alasan Rusia tetap mengerahkan pasukan ke dekat Ukraina dan memicu ketegangan meski Kiev telah batal bergabung dengan NATO?
Presiden Vladimir Putin menganggap Ukraina bagian dari wilayah Rusia kuno. (Foto: AFP/MIKHAIL METZEL)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ukraina menyatakan batal bergabung dengan Organisasi Pertahanan Militer Atlantik Utara (NATO). Namun, Rusia nampaknya masih berusaha mengganggu Kiev hingga dirumorkan ingin melancarkan agresi militer ke negara pecahan Uni Soviet itu.

Presiden Vladimir Putin bahkan telah mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, dua wilayah di timur Ukraina yang selama ini dkuasai kelompok separatis pro-Rusia. Putin bahkan mengerahkan sejumlah pasukannya ke dua wilayah itu dengan dalih bagian dari pasukan penjaga perdamaian.

Tindak tanduk Rusia ini memunculkan pertanyaan dari benak banyak pihak, sejauh mana Putin akan melangkah? Apakah Rusia benar-benar bersiap menginvasi Ukraina?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mayoritas pengamat menduga Putin akan tetap mempertahankan pasukan dan alutsistanya di sekitar Ukraina untuk menekan Kiev dan Barat.

Alasannya sederhana. Rusia ingin Amerika dan sekutu memastikan bahwa Ukraina atau negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya tak akan bergabung dengan NATO.

Selain itu, Rusia juga ingin menghentikan ekspansi dan pengerahan senjata NATO di negara-negara "halaman rumah" Rusia.

Terlepas dari kecaman dan hujanan sanksi hingga embargo ekonomi, Rusia dinilai akan terus mempertahankan tekanan militer terhadap Ukraina sampai NATO dan Amerika Cs "menyerah" dan memenuhi semua tuntutannya.

Putin bahkan telah menawarkan kepada Barat tuntutan Rusia versi lebih sederhana yakni Ukraina harus menolak tawaran bergabung dengan NATO dan mengakui kedaulatan Rusia atas Crimea yang dicaploknya pada 2014.

"Putin telah tumbuh lebih keras, lebih keras kepala dan agresif," kata analis politik yang berbasis di Moskow, Dmitry Oreshkin, kepada Associated Press.

Oreshkin bahkan menanggap Putin dapat mempertimbangkan serangan militer di masa depan untuk merebut selatan Ukraina sampai ke pelabuhan Odessa di Laut Hitam. Namun, ia menganggap Putin akan bergerak pelan-pelan namun pasti.

"Putin melihat dirinya sebagai pengumpul besar tanah Rusia, sebuah pandangan yang mendorongnya mengambil langkah berani yang merugikan kepentingan nasional," papar Oreshkin.

Dalam pidato berapi-apinya pada awal pekan ini, Putin bahkan menganggap Ukraina tidak pernah memiliki riwayat berdiri sebagai negara sendiri.

Ia menganggap Ukraina merupakan bagian dari wilayah Rusia kuno ketika masa kejayaan Kekaisaran Rusia. Putin bahkan menganggap Ukraina merupakan bentukan pendiri Uni Soviet, Vladimir Lenin, dan mencemooh Kiev karena berusaha melepaskan warisan tersebut.

"Secara paradoks, Rusia mencoba membalikkan statusnya sebagai kekuatan yang telah kalah dalam Perang Dingin dengan menciptakan krisis ala Perang Dingin," kata pengamat politik internasional dari Moscow Carnegie Center, Alexander Baunov.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>


HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER