Sebelum mengirim pasukan ke Ukraina, Chechnya juga pernah mendukung operasi militer Kremlin di Suriah.
Kadyrov saat itu mengaku akan dengan senang hati mengirim pasukan ke Suriah untuk memerangi "sampah". Pernyataan ini, muncul usai media Rusia melaporkan pasukan Chechnya siap berangkat ke negara Timur Tengah untuk melindungi pangkalan udara Moskow.
Ia juga menyatakan siap perang melawan terorisme internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya akan senang dan bangga jika pergi ke Suriah memerangi sampah (atas perintah Presiden Vladimir Putin). Musuh harus dihancurkan di sarangnya sebelum tentakelnya mencapai tanahmu," kata Kadyrov dikutip The Guardian.
Rusia telah melancarkan kampanye udara untuk mendukung presiden Suriah, Bashar al-Assad, sejak September 2015. Sebagai balasan Moskow mendapat wilayah untuk pasukannya di negara itu.
Kadyrov juga disebut mengirim pasukan ke Georgia untuk membantu Rusia.
Rusia dan Georgia telah lama berselisih soal upaya negara ini menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Uni Eropa dan NATO.
Moskow mengobarkan perang berdarah pada Agustus 2008 lalu di wilayah separatis Georgia di Ossetia Selatan dan Abkhazia demikian dikutip The Guardian.
Ketika itu, pasukan Rusia menduduki sebagian besar wilayah Georgia dan membom sasaran militer dan sipil.
Rusia bersedia menarik diri dari Georgia setelah gencatan senjata yang dimediasi oleh Uni Eropa.
Setelah perang, Moskow mengakui kedua wilayah separatis sebagai negara merdeka dan menempatkan pangkalan militer permanen di sana. Sementara itu, Georgia bereaksi dengan memutuskan hubungan diplomatik.
Kasus Ukraina tak beda jauh dengan Georgia. Rusia tak ingin Kiev bergabung dengan NATO dan menuntut negara ini netral.
Konflik yang berkepanjangan itu membuat Moskaw memutuskan menginvasi Ukraina. Pertempuran pun terus terjadi. Rusia disebut kewalahan.
Tak lama setelah itu, Kadyrov mengirim pasukan untuk membantu Rusia.
Kadyrov diketahui dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ia bahkan mengaku sebagai prajurit pemimpin Negeri Beruang Merah itu.
"Presiden (Putin) mengambil keputusan yang tepat dan kami akan melaksanakan perintahnya dalam kondisi apa pun," kata Kadyrov dalam video singkat dikutip Reuters.
Beberapa waktu lalu, Kadyrov mengklaim belum ada personel yang tewas bahkan sakit. Namun, pada Selasa (1/3) ia melaporkan dua personelnya tewas dan enam lainnya mengalami luka-luka di Ukraina.
(bac)