Jakarta, CNN Indonesia --
Dua pekan sudah Rusia menggempur Ukraina hingga Kamis (10/3). Meski ada gencatan senjata demi evakuasi warga di beberapa kota, Rusia masih menyerang fasilitas sipil di titik lainnya dan merenggut banyak korban.
Berikut rangkuman situasi terkini di invasi Rusia di Ukraina.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mencatat setidaknya 516 warga sipil tewas sejak invasi Rusia ke Ukraina. Jumlah korban tewas naik 42 dari sehari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataan yang dikutip CNN, Rabu (9/3), OHCHR juga melaporkan 908 warga sipil luka-luka.
OHCHR memperkirakan jumlah korban sebenarnya kemungkinan "jauh lebih tinggi", terutama di wilayah yang dikuasai pemerintah karena banyak laporan masih menunggu konfirmasi.
Setidaknya 17 orang terluka akibat serangan udara Rusia ke sebuah rumah sakit bersalin dan anak di Kota Mariupol, Ukraina, pada Rabu (9/3).
"Sejauh ini ada 17 personel rumah sakit yang terluka," kata Pavlo Kyrylenko, kepala wilayah Donetsk tenggara, dalam sebuah video yang diunggah di Facebook, seperti dikutip AFP.
Sejauh ini, tidak ada anak-anak yang terluka dan tidak ada kematian.
Serangan ini terjadi tak lama setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan perang dengan Rusia memicu krisis kesehatan di Ukraina.
Setidaknya, 18 serangan terverifikasi terhadap fasilitas perawatan kesehatan, ambulans, dan personel medis. Rangkaian ini mengakibatkan total 10 kematian dan 16 orang luka-luka.
Ukraina dan Rusia sepakat melakukan gencatan senjata pada Rabu (9/3) pukul 09.00 pagi sampai 21.00 waktu setempat, sekaligus membuka enam koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil.
Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, mengatakan bahwa kedua negara menyepakati gencatan senjata tersebut demi keselamatan warganya.
Selama kontak senjata berhenti, enam rute akan dibuka agar para warga bisa dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Keenam rute tersebut yaitu dari Enerhodar, Sumy, Mariupol, Volnovakha, Raisins, dan Kyiv.
PLTN Chernobyl Hilang Kontak hingga AS Tolak Rencana Polandia Kirim Jet untuk Ukraina bisa dibaca di halaman selanjutnya >>>
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan bahwa mereka kehilangan kontak dengan pembangkit listrik tenaga nuklirChernobyl, Selasa (8/3), setelah PLTNdi Ukrainaitu direbut Rusia.
"Ada indikasi transmisi data jarak jauh dari sistem pemantauan keamanan yang terpasang di PLTN Chernobyl telah hilang," ujar Direktur Jenderal IAEA, Rafael Mariano Grossi, dalam pernyataan yang dikutip AFP.
Pernyataan itu berlanjut, "Badan ini tengah mengecek status sistem pemantauan keamanan di lokasi lain di Ukraina dan akan memberikan informasi lanjutan secepatnya."
IAEA menggunakan istilah "sistem pemantauan keamanan" untuk menggambarkan kebijakan teknis dalam pengaturan material dan aktivitas nuklir di PLTN.
Kebijakan ini diterapkan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir, dengan cara mendeteksi dini penyalahgunaan material tersebut.
[Gambas:Photo CNN]
Dalam rangka berkompromi demi mengakhiri perang, Presiden Volodymyr Zelensky mengaku punya solusi untuk masalah di daerah Ukraina yang membuat tegang dengan Rusia, yaitu Crimea, Luhansk,dan Donetsk.
Zelensky ingin membahasnya dalam pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ia pun mendesak Putin untuk mau segera tatap muka.
"Ini adalah semacam ultimatum dan kami tidak bersiap-siap untuk ultimatum lainnya. Namun, kami memiliki solusi yang mungkin bisa menyelesaikan ini, sebuah solusi kunci," kata Zelensky saat diwawancara ABC News, dikutip TASS, Rabu (9/3).
Ia mengaku bisa berkompromi terkait status Crimea, Luhansk, dan Donetsk, wilayah di timur Ukraina yang dikuasai separatis pro-Rusia. Namun menurutnya, akan sulit untuk mengakui kemerdekaan ketiga daerah itu.
[Gambas:Photo CNN]
Amerika Serikatmenolak gagasanPolandiamengirimkan jet tempur untuk membantu Ukrainamelalui transfer ke pangkalan di Jerman. Menurut AS, rencana itu berbahaya.
Juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kirby, menyatakan penolakan tersebut setelah mendengar rincian rencana yang diajukan Polandia.
Berdasarkan rencana itu, Polandia akan mengirimkan seluruh jet MiG milik mereka ke pangkalan militer AS di Jerman. Setelah itu, AS diminta untuk mengirimkannya ke Ukraina.
Kirby mengatakan, menerbangkan jet dari pangkalan AS di negara NATO ke wilayah udara yang bersinggungan dengan Rusia "meningkatkan kekhawatiran serius untuk seluruh aliansi NATO."
"Kami akan terus berkonsultasi dengan Polandia dan sekutu lain kami di NATO mengenai masalah ini dan kesulitan tantangan logistiknya, tapi kami meyakini gagasan Polandia ini tak bisa dijalankan," ujar Kirby, seperti dilansir AFP, Selasa (8/3).