Jakarta, CNN Indonesia --
China belakangan ini tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19. Pada Selasa (15/3) angka harian bertambah 5.100, tertinggi sejak pandemi dimulai. Penambahan itu menyebabkan pemerintah mengunci 37 juta penduduk di lima kota.
Jumlah tersebut memang tergolong rendah dibanding kasus harian di negara lain. Namun, angka ini sangat tinggi untuk negara yang berusaha memberantas virus corona dengan kebijakan Nol-Covid.
Di hari Selasa pula, kasus telah dilaporkaan di 21 provinsi dan komatadya seluruh China. Di antaranya di Beijing, Shanghai, Shenzen dan kota-kota besar lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China padahal sempat disebut menjadi salah satu negara yang berhasil menangani pandemi dengan mencatat kasus hanya di kisaran puluhan dan angka kematian yang tergolong kecil.
Namun, bagaimana gelombang Covid kembali mewabah d China?
Covid Kembali Mewabah di China
Kasus mulai meningkat pada awal Maret di sejumlah provinsi di seluruh negeri, termasuk Shandong di timur, Guangdong di selatan dan Jilin di timur laut.
Kemudian pada 6 Maret, para pengamat memperingatkan situasinya memburuk di sejumlah tempat. Namun mereka yakin pemerintah mampu menangani.
"China masih punya kemampuan untuk mengendalikan (virus corona) itu," demikian laporan Global Times kala itu yang dikutip CNN.
Provinsi Jilin yang berbatasan dengan Korea Utara menjadi klaster baru dan memicu kemarahan publik. Hal ini terjadi usai pelajar yang dikarantina mengeluhkan kondisi buruk saat mengisolasi di kampus.
Dari jumlah kasus harian yang tercatat pada Selasa, lebih dari 4.000 infeksi dilaporkan di Jilin.
Sejauh ini, pihak berwenang dan media pemerintah masih belum memberikan rincian lebih lanjut soal wabah yang muncul kembali ini.
Namun, beberapa faktor seperti kasus impor dan prevalensi varian Omicron, yang disebut lebih mudah menular, memperburuk situasi di Negeri Tirai Bambu, demikian menurut kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Wu ZUnyo.
Varian yang menyebar di China
Varian Omicron (BA.1) disebut telah menjadi pemicu lonjakan kasus di CHina. Salah satu alasan kaasus menyebar begitu cepat dan sukar dilacak karena gejala yang lebih ringan dan masa inkubasi yang relatif lebih singkat.
Varian ini dilaporkan sekitar 80 persen dari kasus-kasus baru di China. Varian Omicron juga telah menggantikan varian Delta yang sebelumnya dominan di negara tersebut.
Selain varian BA.1, sub varian Omicron BA.2 juga dilaporkan terdeteksi di Jilin.
Lima kota di China kini berada dalam berbagai tingkat penguncian.
Penduduk di Changchun, kota Jilin, Shenzhen dan Dongguan dilarang meninggalkan tempat tinggal mereka, kecuali untuk urusan penting dan layanan darurat.
Selain itu, setiap rumah tangga hanya diperbolehkan mengirim satu orang untuk membeli bahan makanan setiap dua hingga tiga hari.
Adapun kkota Langfang, menerapkan peraturan lebih ketat. Penduduk dilarang meninggalkan rumah kecuali untuk alasan darurat.
Beberapa kota-kota itu juga telah menangguhkan transportasi umum dan makan di dalam ruangan, menutup sekolah dan melakukan pengujian massal untuk semua penduduk.
Kota Jilin memulai pengujian putaran kesembilan pada Selasa, dengan foto-foto yang menunjukkan penduduk berbaris di luar di salju, terbungkus rapat.
Provinsi Jilin juga telah menerapkan pembatasan perjalanan, melarang penduduk meninggalkan provinsi atau bepergian antar kota di dalam provinsi.
Selain untuk meredam laju penularan virus, penguncian ini juga menimbulkan tantangan logistik yang sangat besar bagi pemerintah. Media China, CCTV, melaporkan provinsi tersebut hanya memiliki persediaan medis untuk beberapa hari.
Pihak berwenang sekarang berlomba untuk meningkatkan kapasitas perawatan kesehatan di daerah-daerah yang terkena dampak parah. Misalnya, membangun pusat perawatan sementara di kota Changchun dan Jilin, dan mengerahkan ribuan pasukan untuk membantu pekerjaan pengendalian Covid, menurut Global Times.
Akankah China tetap berpegang pada nol-Covid?
Saat banyak negara mulai melonggarkan aturan pembatasan Covid dan menyusun peta jalan hidup berdampinggan dengan Covid, China masih bersikeras mempertahankan strategi nol Covid.
Gubernur provinsi Jilin, Han Jun, berjanji akan mengakhiri semua transmisi komunitas dalam waktu sepekan. Pernyataan ini memicu cemoohan di media sosial China. Banyak wargente Beijing yang menyebut hal tersebut sebagai janji kosong.
Beberapa yang lain mendesak agar Han Jun mengatasi masalah yang lebih penting terlebih dahulu, seperti kekurangan bahan makanan dan persediaan penting lain.
"Pikirkan saja bagaimana orang menderita ketika Xi'an menuju 'transmisi nol-komunitas,'" kata satu komentar di platform Weibo.
Kota Xi'an dikunci selama lebih dari sebulan dari Desember hingga Januari 2021 lalu. Beberapa penduduk mengeluh mereka tidak bisa menerima makanan, persediaan dasar seperti pembalut, dan bahkan perawatan medis darurat.
"Lebih baik dipersiapkan sepenuhnya lalu bertahap (berantas penularan Covid). Jika kita terburu-buru, orang akan menderita," kata pengguna Weibo yang lain.