Dubes Uni Eropa untuk RI Blak-blakan soal Invasi Rusia di Ukraina
Di tengah gempuran Rusia, Ukraina terus memohon agar diterima menjadi anggota Uni Eropa. Blok tersebut pun terus menjadi sorotan karena segala drama tarik ulur keanggotaan Ukraina.
Tarik ulur keanggotaan ini sebenarnya sudah lama terjadi, terutama karena berbagai perbedaan kepentingan para anggota UE yang menjegal langkah Ukraina untuk masuk ke dalam rumah blok Eropa tersebut.
Namun kini, dorongan untuk menerima Ukraina semakin kuat. Invasi Rusia membawa konflik langsung ke depan pintu Uni Eropa, yang tentu memicu ketidakstabilan di kawasan.
UE sendiri memiliki klausul yang mirip NATO, yaitu serangan terhadap salah satu anggota berarti gempuran terhadap blok tersebut secara keseluruhan.
Jika Ukraina menjadi anggota, maka UE dapat dengan cepat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan invasi Rusia.
Di tengah genting situasi, Ukraina pun meminta percepatan proses keanggotaan, tapi UE tetap enggan karena berbagai halangan. Blok itu pun kini menghadapi dilema.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket, membahas masalah ini dalam bincang-bincang bersama CNNIndonesia.com. Berikut kutipannya.
Bagaimana sikap Uni Eropa terhadap invasi Rusia di Ukraina?
Ini merupakan invasi besar-besaran Rusia di negara berdaulat di Eropa. Invasi dari udara, laut, dan udara. Penolakan juga begitu kuat. Ini merupakan agresi militer yang ilegal, tak dapat dibenarkan, dan tanpa provokasi oleh Rusia terhadap Ukraina. Bukan hanya kami yang berpikir seperti itu. Sebanyak 141 negara lain anggota Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Rusia secara politik terisolasi di titik ini.
Walaupun tekanan sudah sedemikian besar, Rusia masih terus menggempur Ukraina, bahkan sekarang sudah memasuki pekan ketiga. Menurut Anda, apakah Rusia akan berhenti menyerang Ukraina?
Tidak ada jalan lain. Agresi Rusia harus berhenti. Rusia harus sepakat gencatan senjata dan harus sepakat penarikan pasukan dari Ukraina tanpa syarat. Itu satu-satunya jalan untuk kembali ke kenormalan. Itu satu-satunya jalan untuk menghentikan penderitaan rakyat Ukraina. Ribuan warga sipil tewas. Ratusan ribu warga terperangkap di kota yang menjadi target serangan. Koridor kemanusiaan untuk mereka menyelamatkan diri juga diserang oleh militer Rusia. Situasi ini sangat menyedihkan dari sudut pandang kemanusiaan. Hanya penghentian penembakan dan gencatan senjata jalan keluar dari masalah ini.
Untuk menekan Rusia, puluhan negara, termasuk anggota Uni Eropa menjatuhkan sanksi. Namun hingga kini, Rusia masih saja menggempur Ukraina. Menurut Anda, apakah sanksi dan boikot efektif untuk menekan Rusia?
Tujuan kami adalah menghancurkan kapabilitas rezim Rusia untuk mendanai perang ini, bukan untuk menyerang rakyatnya. Kami punya bukti jelas bahwa sanksi dari UE dan 40 negara lainnya di seluruh dunia, berdampak sangat besar. Nilai Rubel turun 15 persen. Inflasi naik, pasar saham tutup, warga dan perusahaan sulit menarik uang tunai dari bank. Kami mengunci perusahaan yang penting untuk Kremlin dari sistem transfer uang SWIFT. Utang Rusia sudah sampai ke tingkat yang disebut "junk" oleh credit rating agencies. Dampaknya ada. Kami yakin dengan sedikit lagi waktu, efeknya akan sangat besar sehingga Rusia akan menghentikan serangannya secara bertahap.
Sanksi saja memang tidak cukup. Kami tetap harus menjalankan upaya politik dan diplomasi terkait Rusia. Contohnya, tiga negara UE datang ke Kyiv untuk mendukung Ukraina dan menyatakan kepada Rusia bahwa EU tidak menerima agresi militer ini.
Selanjutnya, yang juga penting, adalah bantuan kemanusiaan untuk rakyat Ukraina, baik mereka masih di dalam, atau sudah di tempat pengungsian di luar Ukraina, terutama di dalam area UE. Berdasarkan data UE, sekitar 4,5 juta orang kehilangan tempat tinggal di dalam Ukraina. Mereka terpaksa meninggalkan rumahnya karena pertempuran ini. Sekitar 2,2 juta orang Ukraina datang ke negara-negara UE, terutama negara-negara di perbatasan timur, seperti Polandia, Hungaria, Slovakia, Bulgaria, dan Romania. Jumlahnya sangat banyak. Respons dari negara-negara UE dan rakyatnya sangat baik. Mereka mendatangi para pengungsi. Mereka menyediakan rumah. Mereka juga membantu secara finansial. Mereka menyiapkan dana yang dapat membantu para pengungsi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Terakhir, UE sudah mengaktifkan sistem "berbagi beban", yang kami rancang ketika ada krisis pengungsi dari Suriah pada 2015 lalu. Sistem ini memastikan negara-negara UE berbagi beban dalam upaya menyambut para pengungsi.
Seberapa lama ini semua akan berakhir? Sampai kapan kami harus melakukannya? Saya tak bisa menentukannya. Satu-satunya yang bisa menjawab pertanyaan ini adalah Presiden Putin. Hanya dia yang punya kunci untuk menghentikan konflik dan perang ini, dan memerintahkan penarikan pasukannya dari tanah kedaulatan Ukraina.
Pengungsi memang masalah besar, termasuk bagi warga Uni Eropa yang sebelumnya sudah menerima pengungsi saat krisis imigran pada 2015 lalu. Sekarang, warga juga harus berhadapan dengan kenaikan harga makanan dan gas akibat sanksi yang dijatuhkan ke Rusia. Apakah negara UE akan terus menekan Rusia melihat dampak sanksi tersebut terhadap masyarakat?
Di level individu, simpati dan solidaritasnya sangat besar terhadap warga Ukraina yang menderita lebih parah ketimbang kami akibat agresi militer ini. Saya ke Berlin pekan lalu, dan saya dapat merasakan itu. Saya bisa melihat di jalanan, restoran mengibarkan bendera Ukraina, toko-toko dan orang-orang menyematkan bendera Ukraina kecil di bajunya. Semua ini hidup di dalam masyarakat Eropa. Mengapa?
Karena bagi Eropa, ini merupakan krisis sistemis. Ini krisis terhadap keamanan, dan stabilitas, sistem, pemerintahan di Benua Eropa. Tak hanya di Eropa, tapi lebih luas, bahkan internasional, di mana 140 negara memilih di PBB untuk mengecam agresi ini. Ini krisis sistemis yang nyata bagi kami. Kami tahu kami harus menderita demi keluar dari krisis ini. Sanksi kami merugikan Rusia, tapi sanksi itu juga melukai ekonomi kami. Namun, efek krisis ini jika terus terjadi, jika agresi militer terhadap negara berdaulat yang tanpa provokasi dan ilegal ini masih terus terjadi, tentu risikonya lebih besar ketimbang dampak sanksi terhadap perekonomian kami.
Untuk membantu menangani perang ini, Presiden Volodymyr Zelensky terus mendesak percepatan keanggotaan Ukraina di Uni Eropa. Namun, tampaknya banyak hambatan dan perbedaan pendapat, padahal percepatan ini dapat menegaskan komitmen UE untuk membantu Ukraina di tengah invasi. Mengapa demikian? Mungkinkah proses keanggotaan Ukraina dipercepat?
Pandangan saya agak berbeda. Semua anggota mendukung penuh masa depan Ukraina di dalam Uni Eropa. Terbaru, pada pekan lalu, kepala negara dan pemerintahan UE bertemu dalam pertemuan khusus yang digelar Presiden Prancis. Semua mendukung tujuan itu. Tujuan itu bagian dari kesepakatan hubungan khusus resmi antara kami dan Ukraina. Tujuan ini terus kami kejar dalam rangka mendukung transformasi Ukraina secara ekonomi dan institusional.
Sekarang kami selangkah lebih maju. Kami sudah mengundang Ukraina untuk mengajukan aplikasi resminya untuk menjadi anggota. Ukraina sudah melakukannya, dan kami senang. Sekarang, kami sedang dalam proses untuk mengambil langkah selanjutnya. Ini adalah proses yang rumit karena bergabung dengan Uni Eropa bukan seperti bergabung dengan kelab tenis atau sepak bola. Anda cukup membayar iuran dan langsung ambil raket dan bermain. Tidak. Ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakan secara institusional dan ekonomi sebelum itu [Ukraina menjadi anggota].
Sekarang, jelas kasus Ukraina memang sangat spesial dan mendesak. Para pemimpin Eropa harus menanggapi pertanyaan ini dengan kreativitas. Saya belum punya jawabannya. Belum ada yang punya jawabannya. Namun, kami paham ini mendesak.
Beberapa pengamat menganggap, UE lamban merespons permintaan keanggotaan ini karena ada beberapa negara anggota, seperti Polandia, Jerman, dan Italia, masih bergantung pada gas Rusia. Apakah benar?