Di masa kuliah, Erdogan mulai aktif berpolitik. Dia terpilih sebagai ketua Partai Cabang Pemuda Beyoglu pada 1976. Namun, partai tersebut dibubarkan setelah kudeta militer 1980.
Mengutip Britannica, Erdogan sempat bertemu dengan veteran politikus Islam, Necmettin Erbakan, dan kemudian memutuskan berperan aktif dalam partai yang dipimpin Erbakan. Padahal, kala itu Turki melarang partai yang didasari oleh agama.
Setelah menyelesaikan pendidikannya dengan gelar sarjana dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi Universitas Marmara (1981), Erdogan sempat bekerja sebagai akuntan dan manajer di sektor swasta. Namun pada 1983, Erdogan kembali ke politik melalui Partai Kesejahteraan, dan menjadi Bupati Beyoglu pada 1984.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 1995, Erdogan terpilih sebagai Wali Kota Istanbul mewakili Partai Kesejahteraan. Erdogan terpilih sebagai tokoh Islamis pertama yang menjadi wali kota sejak sekularisme berdiri di Turki.
Erdogan kemudian dikenal sebagai pemimpin yang kompeten dan cerdik. Erdogan sempat gagal membangun masjid di aula pusat kota Istanbul, tetapi berhasil melarang penjualan alkohol di kota tersebut.
Pada 1998, Erdogan dihukum karena menyebarkan kebencian agama. Ia sempat membacakan puisi yang membandingkan masjid dengan barak, menara dengan bayonet, dan penganut agama dengan tentara.
Akibat kejahatannya ini, Erdogan dihukum sepuluh bulan penjara dan dipecat sebagai wali kota.
Setelah menjalankan hukumannya selama empat bulan, Erdogan dibebaskan dari penjara dan kembali masuk ke dunia politik.
Pada 2001, Erdogan ikut membantu pembangunan Partai Keadilan dan Perkembangan (AKP). Partainya kemudian memenangkan pemilihan parlemen pada 2002, tetapi Erdogan dilarang melayani parlemen, pun menjadi perdana menteri karena kasus ujaran kebencian pada 1998.
Meski demikian, amendemen konstitusi pada Desember 2002 mencabut larangan terhadap Erdogan. Pada 9 Maret 2003, Erdogan memenangkan pemilihan dan diminta membentuk pemerintahan Turki baru oleh Presiden Ahmet Necdet Sezer.
Ia menjabat sebagai perdana menteri pada 14 Mei 2003 sampai 2014.
Setelah masanya sebagai perdana menteri Turki usai, Erdogan mencalonkan diri sebagai presiden pada 2014. Erdogan memenangkan pemilihan dan dilantik pada 28 Agustus 2014.
Kejayaan politik Erdogan tak lepas dari masalah. Pada 2016, Erdogan sempat terancam dikudeta tetapi gagal.
Pada 15 Juli 2016, militer Turki memenuhi jalan-jalan di Ankara dan Istanbul, kemudian menyita fasilitas di sana, termasuk stasiun televisi dan jembatan. Pengkudeta menilai Erdogan melanggar aturan di Turki dan merusak demokrasi.
Meski demikian, Erdogan berhasil menangkal upaya kudeta tersebut. Hampir 300 orang, yang kebanyakan adalah warga sipil, terbunuh dalam konfrontasi kudeta.
Beberapa pekan setelahnya, pemerintah melakukan pembersihan besar-besaran. Erdogan memecat puluhan ribu tentara, polisi, guru, dan pegawai negeri karena diduga bersimpati dengan pemberontak yang berupaya menggulingkannya.