Konglomerat Rusia, Oleg Tinkov, mengecam keras agresi militer Moskow yang ia sebut sebagai "perang gila" Presiden Vladimir Putin di Ukraina.
Tinkov menilai Rusia sudah kehilangan kewarasan dengan melancarkan agresi semacam itu ke negara tetangga. Sebab, ia mengklaim 90 persen warga Negeri Beruang Merah tak mendukung langkah Putin tersebut.
"Saya tidak melihat satu pun manfaat dari perang gila ini! Orang-orang dan tentara yang tidak bersalah sedang sekarat," kata Tinkov pada Selasa (19/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendiri Tinkoff Bank itu juga menyerukan negara Barat agar menawarkan Putin cara bermartabat untuk mundur.
"Negara Barat yang terhormat, tolong beri Putin jalan keluar yang jelas untuk menyelamatkan wajahnya dan menghentikan pembantaian ini. Harap lebih rasional dan berperikemanusiaan," paparnya.
Satu setengah bulan lebih sudah Rusia menggencarkan invasi ke Ukraina. Alih-alih mengendur, Rusia malah melancarkan fase kedua perang dengan fokus merebut bagian timur Ukraina seperti Donbas, Donetsk, dan Luhansk.
Presiden Putin berulang kali beralasan Rusia tak memiliki pilihan selain melancarkan agresi demi melindungi warga Ukraina berbahasa Rusia yang menjadi subjek diskriminasi hingga pembunuhan.
Putin juga berdalih invasi dilakukan guna melucuti militer Ukraina dan "denazifikasi" negara eks Uni Soviet itu.
Namun, Kyiv dan negara Barat menolak argumen itu yang dinilai sebagai dalih palsu Rusia.
Tinkov pun tak percaya dengan dalih Putin selama ini. Selain Tinkov, sejumlah miliarder Rusia juga telah menyerukan perdamaian dan menolak peperangan.
Namun, tak sedikit warga Rusia yang bersatu mendukung Putin. Banyak warga negeri beruang merah menggalang dukungan dengan kampanye publisitas di media sosial menggunakan logo "Z" yang menjadi logo angkatan bersenjata Rusia di Ukraina.
"Tentu saja ada orang bodoh yang menggambar Z, sebanyak 10 persen penduduk di negara mana pun adalah orang bodoh (termasuk yang mendukung invasi). Sebanyak 90 persen orang Rusia melawan perang ini," tulis Tinkov seperti dikutip Reuters.
Tinkov bahkan membantah dirinya memiliki hubungan dekat dengan Putin atau pejabat Kremlin.
"Pejabat Kremlin terkejut bahwa baik mereka maupun anak-anak mereka tidak akan pergi ke Mediterania di musim panas. Pengusaha berusaha menyelamatkan sisa harta mereka," katanya.
Tinkov memiliki sekitar 35% dari TCS Group Holding TCSGDR.MMTCSq.L yang berbasis di Siprus, yang perusahaannya stabil di bawah merek Tinkoff mencakup sektor dari perbankan dan asuransi hingga layanan seluler.
Tinkoff Bank merupakan salah satu bank terbesar di Rusia.
Tinkov, 54 tahun, mengundurkan diri sebagai ketua Tinkoff Bank pada tahun 2020. TCS mengatakan bulan lalu Tinkov tidak menduduki posisi pengambilan keputusan dan sanksi terhadapnya tidak akan mempengaruhi perusahaan.
Tidak jelas apakah Tinkov saat ini berada di Rusia.