Perdana, Biden Akan Jamu Pemimpin ASEAN di Gedung Putih

CNN Indonesia
Kamis, 12 Mei 2022 20:44 WIB
Untuk pertama kalinya, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, bakal menjamu para pemimpin negara ASEAN di Gedung Putih pada Kamis (12/5) waktu setempat.
Untuk pertama kalinya, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, bakal menjamu para pemimpin negara ASEAN di Gedung Putih pada Kamis (12/5) waktu setempat. (AFP/Saul Loeb)
Jakarta, CNN Indonesia --

Untuk pertama kalinya, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, bakal menjamu para pemimpin negara ASEAN di Gedung Putih pada Kamis (12/5) waktu setempat.

Reuters melaporkan bahwa Biden akan membuka pertemuan dua hari antara ASEAN dan AS dengan jamuan makan malam di Gedung Putih.

Menurut Reuters dan Associated Press, ini merupakan kali pertama kepala negara-negara ASEAN duduk bersama di Gedung Putih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Presiden Barack Obama juga pernah menyambut para kepala negara ASEAN secara kolektif di AS pada 2016 lalu. Namun, saat itu Obama menjamu kepala negara ASEAN di Sunnylands, California.

Dalam pertemuan kali ini, hanya akan ada delapan kepala negara dari sepuluh anggota ASEAN. Presiden Rodrigo Duterte tak akan hadir karena kesibukan transisi kepemimpinan setelah pemilu di Filipina.

Sementara itu, tak akan ada perwakilan dari Myanmar karena pergolakan di negara itu sejak kudeta pecah pada tahun lalu.

Di luar itu, delapan kepala negara ASEAN lainnya bakal ikut serta dalam rangkaian pertemuan ini, termasuk Presiden Indonesia, Joko Widodo.

Setelah jamuan makan malam di Gedung Putih, para pemimpin ASEAN akan mengadakan pertemuan dengan pejabat-pejabat setempat di gedung Kementerian Luar Negeri AS pada Jumat (13/5).

Koordinator urusan Indo-Pasifik AS, Kurt Campbell, mengatakan bahwa rangkaian pertemuan ini menunjukkan AS tak melupakan masalah kawasan di tengah gaduh isu konflik Rusia-Ukraina.

Campbell menjabarkan, isu yang bakal dibahas dalam rangkaian pertemuan itu mencakup masalah China, Myanmar, Taiwan, hingga Ukraina.

China akan menjadi perhatian karena pergerakan Negeri Tirai Bambu yang dianggap kian agresif di kawasan sekitarnya, termasuk Asia Tenggara.

"Kami meyakini sangat penting bagi negara lain, baik secara publik dan tidak, untuk menggarisbawahi bahwa apa yang terjadi di Ukraina tak boleh terjadi di Asia," kata Campbell.

[Gambas:Video CNN]

(has)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER