PBB Ingatkan Narkoba Merajalela karena Perang Ukraina vs Rusia

bac | CNN Indonesia
Selasa, 28 Jun 2022 03:14 WIB
Situasi kota di Ukraina usai dibombardir Rusia. (REUTERS/VALENTYN OGIRENKO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengingatkan narkoba bisa merajalela karena perang Rusia vs Ukraina, Senin (27/6).

Menurut Badan PBB untuk Urusan Narkotika dan Kejahatan (UNODC), kapasitas produksi narkoba sintetis di Ukraina dapat meningkat jika perang terus terjadi.

"Anda tidak memiliki polisi yang memantau dan menghentikan [produksi narkoba] di laboratorium," ujar ahli UNODC Angela Me kepada AFP.

UNODC mengungkapkan jumlah laboratorium amfetamin yang ditemukan di Ukraina melonjak dari 17 pada 2019, menjadi 79 pada 2020. Ini merupakan jumlah laboratorium yang disita terbanyak pada 2020.

Namun, angka ini dapat meningkat jika perang terus terjadi.

UNODC juga menuturkan daerah konflik dapat menjadi "magnet" untuk memproduksi narkoba sintetis. Produksi tersebut dapat dilakukan di mana saja.

UNODC mendapatkan kesimpulan tersebut dari pengalaman perang sebelumnya di Timur Tengah dan Asia Tenggara.

"Efek ini mungkin akan lebih besar jika area konflik berada dekat dengan pasar konsumen yang besar," demikian pernyataan dari UNODC.

Tak hanya itu, UNODC menilai perang dapat mengubah dan mengganggu rute penyelundupan narkoba.

Laporan UNODC sendiri bersumber dari informasi beberapa negara anggota, sumber pribadi mereka, dan analisis berbagai data, seperti laporan institusi, media, dan materi lain.

Selain membahas situasi di Ukraina, UNODC juga menyoroti situasi di Afghanistan.

Menurut UNODC, Afghanistan bakal ikut andil dalam perkembangan pasar opium. Afghanistan sendiri memproduksi 86 persen opium dunia pada 2021.

Perkembangan tersebut disebabkan salah satunya karena krisis kemanusiaan di Afghanistan. Krisis tersebut dapat meningkatkan penanaman bunga poppy, meski pihak berwenang Taliban telah melarang itu pada April.

"Perubahan dalam produksi opium di Afghanistan bakal berdampak pada pasar opium di seluruh bagian dunia," demikian pernyataan UNODC.

(bac/bac)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK