Pro Kontra Respons Lawatan Jokowi ke Rusia-Ukraina, Misi Damai Gagal?

CNN Indonesia
Minggu, 03 Jul 2022 08:20 WIB
Sebagian pihak memuji dan sebagian lainnya menilai lawatan Jokowi ke Ukraina-Rusia tak berhasil membuat kedua negara mengarah ke rujuk.
(Foto: Sputnik/Pavel Bednyakov/Kremlin)

Tak lama setelah Jokowi pulang dari Moskow usai bertemu Presiden Putin, Rusia kembali menggempur Ukraina.

Sebanyak lebih dari 20 orang tewas akibat serangan rudal Rusia ke salah satu gedung apartemen dan pusat rekreasi di wilayah Odessa, Ukraina, Jumat (1/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dino Patti Djalal, ini suatu pertanda Presiden Putin sama sekali tidak mengindahkan misi perdamaian Jokowi ke Rusia. Sebab, Moskow masih membombardir Ukraina ketika lawatan Jokowi berlangsung.

"Rusia masih belum tertarik untuk akhiri perang di Ukraina. Ini terbukti dari aksi militernya di Ukraina yang kini semakin gencar. Prioritas Rusia saat ini bukan perdamaian namun untuk secara militer taklukkan dan kuasai Ukraina," kata Dino melalui kicauannya di Twitter.

Sementara itu, Suzie Sudarman, pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, menganggap lawatan Jokowi ke Ukraina-Rusia lebih kepada misi penyelamatan wajah Indonesia sebagai Presidensi G20.

Suzie pesimistis lawatan Jokowi bisa membuahkan hasil signifikan terhadap upaya damai Moskow-Kyiv.

"Bargaining position kita sangat lemah karena tidak ada posisi tukar yang nyata. [Jokowi] hanya menunjukkan sesuai permintaan. Zelensky juga diundang ke G20 hanya sebagai goodwill (itikad baik) Indonesia. Kalau negara adidaya akan tidak datang ya sedikitnya Jokowi menunjukkan good will," kata Suzie.

Suzie juga melihat Putin sama sekali tak menggubris pernyataan Jokowi terkait dorongan dialog damai saat berpidato bersama. Itu terlihat dari pidato Putin bersama Jokowi yang sama sekali tak menjabarkan hasil pembicaraan mereka soal invasi Rusia ke Ukraina.

"Jelas dia punya kepentingan strategis untuk tidak menjawab. Kepentingan strategis karena dia terjepit di Laut Baltik dan terjepit di Bosphorus dan Dardanella," kata Suzie kepada CNNIndonesia.com, Jumat (1/7).

Suzie mengatakan dengan kondisi tersebut, sudah jelas bahwa Putin akan semakin defensif. Putin jelas tak ingin "kalah" dari ancaman negara-negara Barat.

"Sehingga dia tidak akan menguraikan apakah dia akan mundur dari peperangan ini atau tidak. Karena itu tergantung apakah dalam keterjepitan negara kontinental tersebut dia akan menyerang NATO atau tidak. Dan sebaliknya NATO akan membalas atau tidak," tutur Suzie.



(els/rds)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER