4 Menteri Inggris Mundur dalam Sehari, PM Johnson Kian di Ujung Tanduk

CNN Indonesia
Rabu, 06 Jul 2022 16:40 WIB
Usai Menkeu-Menkes mundur, 2 menteri Inggris lainnya turut berhenti dari jabatannya sebagai bentuk protes kepada PM Boris Johnson.
Usai Menkeu-Menkes mundur, 2 menteri Inggris lainnya turut berhenti dari jabatannya sebagai bentuk protes kepada PM Boris Johnson. (Foto: (AP/Toby Melville)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dua menteri Inggris lainnya memutuskan ikut mengundurkan diri dari pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson tak lama setelah Menteri Keuangan, Rishi Sunak dan Menteri Kesehatan dan Sosial, Sajid Javid, menyatakan berhenti dari jabatan mereka.

Pada Rabu (6/7) pagi, beberapa jam setelah Sunak dan Javid mengumumkan mundur dari kabinet, Menteri Urusan Anak dan Keluarga, Will Quince, dan Menteri Muda Transportasi, Laura Trott, juga mengumumkan berhenti dari jabatan mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip AFP, Quince mengaku tak memiliki pilihan lain selain mengajukan pengunduran dirinya kepada Johnson. Sementara itu, Trott mengatakan dia keluar dari jabatannya sebagai menteri lantaran sudah kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah.

Pengunduran diri Quince dan Trott ini pun semakin membuat posisi Johnson di kursi perdana menteri terancam setelah berbagai skandal yang menimpa dia dan kabinetnya terus terungkap dalam beberapa waktu terakhir.

Johnson sendiri telah melayangkan permintaan maaf secara terbuka. Ia juga menyayangkan para menterinya mundur dari kabinet.

Johnson juga mengaku dia telah melakukan kesalahan dengan tidak menyadari bahwa penunjukanpolitikus Chris Pincher sebagai salah satu pejabat di kabinetnya tidak tepat. Pincher terus menjadi sorota lantaran berbagai laporan pelecehan seksual dilayangkan kepadanya.

"Kalau dipikir-pikir, itu adalah hal yang salah untuk dilakukan. Saya meminta maaf kepada semua orang yang sangat terpengaruh olehnya," kata Johnson kepada penyiar.

"Saya hanya ingin memperjelas bahwa tidak ada tempat di pemerintahan ini bagi siapa pun yang menjadi predator atau yang menyalahgunakan posisi kekuasaan mereka."

Skandal demi skandal memang terus membayangi pemerintahan Boris Johnson mulai dari pelanggaran aturan lockdown saat Covid-19 dengan menggelar pesta hingga dugaan pelecehan seksual oleh anggota senior kabinet sang PM. 

Johnson juga nyaris tidak lolos dari mosi tidak percaya bulan lalu. Pemungutan suara untuk mosi tak tidak percaya terpantik setelah 15 persen atau setidaknya 54 anggota parlemen konservatif pendukungnya di House of Commons atau Dewan Perwakilan Rakyat Britania Raya mengajukan mosi tidak percaya.

Hasilnya, 211 dari parlemen Konservatif masih mendukung Boris Johnson tetap sebagai pemimpin partai, sedangkan 148 memilih untuk melengserkannya. Meski Johnson menang, angkanya amat kecil tak seperti ia dan aliansinya harapkan untuk terus melanjutkan pemerintahan.



(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER