Chen menuturkan beberapa tahun lalu jauh sebelum relasi China-Taiwan semakin pelik, banyak warga yang percaya bahwa hubungan Beijing-Taipei harus dijaga seperti biasa. Saat itu, warga Taiwan cenderung bersikap netral terkait isu politik kedua belah pihak.
Namun, Chen berkata pandangan itu berubah drastis setelah berbagai masalah yang membuat relasi China-Taiwan semakin pelik dan invasi Rusia berlangsung.
"Sejak berbagai masalah diplomatik dan konflik lainnya, semakin banyak warga Taiwan memutuskan mengambil posisi apakah mendukung AS atau memilih hidup dengan pengaruh China," ujar Chen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Chen memaparkan banyak orang asing yang tak paham bahwa tidak semua warga Taiwan menentang China. Menurut pengetahuannya, masih ada 20 persen populasi Taiwan yang berpikir Taipei seharusnya mengikuti apa kata China dan memperkuat kerja sama ekonomi antara keduanya.
Menurut mereka, mendekat dengan China akan memperluas peluang ekonomi bagi Taiwan dan akhirnya dapat membantu Taipei berkembang menjadi negara yang sangat maju di masa depan.
Chen mengatakan warga Taiwan juga tak begitu gusar soal ancaman invasi China. Menurutnya, orang-orang lebih khawatir soal isu domestik seperti upah minimum kerja dan angka kelahiran yang rendah.
"Dibandingkan dengan ancaman militer dari China, kami lebih takut dengan serangan dunia maya dan invasi budaya China," paparnya.
Chen menjelaskan semakin banyak remaja dan pemuda Taiwan menggunakan karakter huruf mandarin yang disederhanakan dalam penulisan seperti yang dipakai warga China. Selama ini, orang Taiwan menggunakan karakter penulisan huruf mandarin versi tradisional.
Chen juga bercerita makin banyak warga Taiwan yang terbiasa berbicara dengan bahasa gaul dan budaya pop China.
Media sosial, kata Chen, juga tak luput menjadi ancaman warga Taiwan terkait propaganda China. Sebab, ia mengatakan semakin banyak berita bohong dan propaganda pro-China yang berseliweran di media sosial.
"Ini menjadi fenomena sosial dan masalah besar di Taiwan. Sosial media menjadi senjata diam-diam China yang harus kami perhatikan," ujar Chen.