Jakarta, CNN Indonesia --
Salah satu warga India yang tinggal di negara bagian Assam dituduh melakukan 'jihad banjir' karena ia beragama Islam, dan menyebabkan banjir di wilayah tersebut.
Nazir Hussain Laskar berbagi kisah tragis itu. Ia bingung saat polisi India mengetuk pintunya pada 3 Juli lalu. Ia ditangkap karena dituduh merusak tanggul dan menyebabkan banjir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menghabiskan 16 tahun bekerja untuk pemerintah membangun tanggul. Mengapa saya merusak?" kata dia dikutip BBC.
Saat berada di penjara, media sosial gempar soal 'Jihad Banjir.' Warganet gencar menuduh Laskar, dan tiga Muslim lain, menjadi penyebab banjir.
[Gambas:Video CNN]
"Saya dituduh 'jihad banjir' karena saya seorang Muslim. Ini salah. Mereka yang menyebarkan ini melakukan hal yang sangat salah," kata Laskar.
Sejumlah pengguna media sosial menuduh penyebab banjir itu karena ulah manusia.
Lebih spesifik lagi, mereka mengatakan sekelompok laki-laki Muslim sengaja membanjiri kota Silchar dengan merusak tanggul. Mayoritas penduduk di kota ini beragama Hindu.
"Saya takut dan tak bisa tidur malam itu. Narapidana lain membicarakan. Saya kira, saya bakal diserang," kata dia.
Banjir menghantam Assam pada Mei dan Juni lalu. Imbas bencana ini tercatat 192 orang tewas. Wilayah tersebut memang kerap banjir setiap musim hujan. Pada 2022 ini, hujan datang lebih awal dan lebih deras dari biasanya.
Pembangunan tanggul menjadi pusat pengelolaan banjir di Assam sejak 1950-an. Negara bagian ini memiliki tanggul sepanjang lebih dari 4.000 kilometer dan banyak tanggul yang disebut rapuh dan rentan terhadap kerusakan.
Pada 23 Mei, sebuah tanggul rusak di Sungai Barak. Kerusakan itu terjadi di daerah mayoritas Muslim yang disebut Bethukandi. Ini menjadi salah satu dari faktor penyebab banjir besar di Silchar.
"Pemotongan [tanggul] adalah salah satu penyebabnya. Tapi itu bukan satu-satunya titik dari mana air masuk ke kota," kata inspektur polisi di Silchar, Ramandeep Kaur.
Insiden tersebut diduga menjadi penyebab penangkapan Laskar dan tiga laki-laki Muslim lain.
Namun, salah satu pengamat dari Sekolah Studi Bencana Jamsetji Tata di Mumbai, Nirmalya Choudhury, punya penilaian lain. Ia mengatakan banyak pelanggaran terjadi karena kurangnya perbaikan dan pemeliharaan tanggul.
"Beberapa di antaranya bisa juga karena ulah manusia. Bisa jadi ada kejadian di mana orang dengan sengaja membobol tanggul agar airnya keluar, dan tidak membanjiri daerah mereka," jelas dia lagi.
Choudhury mengatakan klaim jihad banjir adalah jalan keluar yang mudah.
Ia berujar, "Ini masalah manajerial, dan saya pikir itu butuh respons yang jauh lebih matang."
Laskar bebas usai dibui selama 20 hari. Tidak ada bukti yang menunjukkan ia terhubung dengan kerusakan tersebut. Namun, kebebasan itu tak serta-merta membuat dia lega.
"Saya dan keluarga masih takut keluar rumah. Anak saya bolos sekolah. Kalau harus keluar, kadang saya pakai helm untuk menutupi muka. Takut digantung massa yang marah," ucap dia.