Tak hanya itu, simulasi perang yang dilakukan menunjukkan bahwa upaya AS mencegah China menyerang Taiwan gagal. Ini membuat pemberian senjata dari AS ke Taiwan sebelum invasi terjadi menjadi penting, mengingat memasok senjata ke Taipei bakal semakin sulit saat perang terjadi.
Simulasi tersebut juga menyarankan AS, Australia, dan Jepang untuk meningkatkan kemampuan mereka merespons serangan China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AS juga dinilai perlu memperkuat pangkalan militer mereka di kawasan, pun memiliki lebih banyak senjata jarak jauh dan bisa dikendalikan, pun menambah kemampuan senjata bawah laut mereka.
Dari sisi ekonomi, Kepala Perusahaan Manufaktur Semikonduktor Taiwan (TSMC) Mark Liu menuturkan invasi China dapat membuat perusahaan itu tak dapat beroperasi dan membawa 'gejolak ekonomi hebat' bagi kedua negara di Selat Taiwan.
Liu mengungkapkan pandangan ini saat diwawancara Fareed Zakaria dari CNN. Liu juga menuturkan perang antara China dan Taiwan tak bakal memiliki pemenang.
Liu juga menyampaikan konflik Taiwan-China bakal berdampak jauh lebih besar dari industri semikonduktor, pun membawa kehancuran aturan dunia dan mengubah tata letak geopolitik, dikutip dari Focus Taiwan.
Sebagaimana diberitakan Reuters, TSMC bertanggung jawab atas 90 persen produksi cip yang penting untuk perangkat digital dan senjata dunia.