Rumor ancaman invasi China terhadap Taiwan kian meluas usai ketegangan Beijing-Taipei memanas gegara lawatan Ketua DPR Amerika Serikat, Nancy Pelosi, ke Taipei 4 Agustus lalu.
China marah besar sampai-sampai mengumumkan menggelar latihan militer di sekeliling Taiwan sebagai tanggapan atas kunjungan Pelosi yang Beijing nilai mengancam kedaulatannya itu.
Sejak itu, China bahkan menembakkan belasan rudal, mengirim puluhan kapal perang dan jet tempur masuk ke Selat Taiwan. Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu bahkan meyakini latihan militer besar-besaran China ini dilakukan sebagai persiapan menginvasi negaranya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari ancaman perang, sebagian warga Taiwan menganggap ultimatum China itu hanya gertakan biasa. Sebab, warga Taiwan telah lama hidup di bawah bayang-bayang ancaman China yang menganggap wilayah itu masuk kedaulatannya.
"Ini bukan pertama kali China melakukan (ancaman militer) seperti ini. Kami telah menghadapi situasi yang sama pada 1996. Banyak warga Taiwan yang tidak cemas dan takut soal latihan militer China ini," ucap seorang warga Taiwan, Chen Jing-Long, kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (9/8).
"(Ibarat) anjing yang menggonggong tapi jarang menggigit, itu lah yang dilakukan China saat ini," ujarnya menambahkan.
Chen menegaskan ini bukan pertama kalinya pejabat asing, terutama AS, datang ke Taiwan. Ini, katanya, juga bukan pertama kalinya China kesal dengan lawatan pejabat asing yang berkunjung ke Taipei.
Menurut mahasiswa jurusan Administrasi Bisnis di National Cheng Kung University Tainan itu, lawatan Pelosi justru membuktikan bahwa ancaman China itu tidak ada dampaknya dan hanya mendorong semakin banyak warga hingga pejabat tinggi negara asing berkunjung.
Chen mengatakan warga Taiwan tidak begitu menyoroti lawatan Pelosi, pun begitu ancaman balasan militer dari China. Ia mengatakan situasi di Taiwan masih normal meski China terus melakukan latihan militer besar-besaran di sekeliling negaranya itu.
Belasan rudal China bahkan sempat melewati langit Taiwan dalam latihan tersebut.
Chen juga menilai lawatan Pelosi menegaskan AS memperhatikan Taiwan.
"Dalam kontribusi praktikal, saya mungkin bisa bilang (lawatan Pelosi) tidak berdampak apa-apa. Tapi ini sinyal dukungan kuat (AS) kepada kami," paparnya.
Chen juga menganggap reaksi "lebay" China dilakukan untuk mengalihkan perhatian warganya dari isu domestik. Hal itu menyusul pemilihan pemimpin baru yang akan berlangsung sebentar lagi di China.
Presiden China Xi Jinping disebut berupaya memperlihatkan pengaruh dan ketegasannya kepada warganya sendiri dengan merespons keras lawatan Pelosi ke Taiwan.
Meski begitu, Chen menuturkan ancaman invasi China terhadap Taiwan tetap ada. Menurutnya, itu hanya tinggal menunggu waktu saja.
"Saya pikir, China tidak akan langsung berperang dengan AS, tapi China justru berupaya mencari alasan untuk menginvasi Taiwan, seperti yang dilakukan Rusia kepada Ukraina," papar Chen.
"Saya menilai kami harus menganggap (ancaman militer China) secara serius, tapi saya tidak panik," katanya lagi.
Chen mengatakan sebagian besar warga lokal di wilayah itu sudah terbiasa dengan ancaman militer China. Ia menganggap sebagian besar warga Taiwan percaya cepat atau lambat China akan melancarkan pergerakan militer ke wilayah mereka.
Menurut Chen, bagi warga Taiwan, kekhawatiran terbesar terkait ancaman China itu bukan lagi soal apakah militer Cina akan menginvasi tanah mereka atau tidak.
"(Invasi China) ini soal kapan (itu akan terjadi)," ucap Chen.
"Sejak saya kecil, saya sudah tahu bahwa pemerintah China telah menggelontorkan banyak waktu dan sumber daya untuk mempersiapkan potensi perang (dengan Taiwan). Bahkan, sekarang, mereka masih gigih mencari-cari waktu dan tempat yang tepat untuk melancarkan pergerakan militer tersebut," paparnya menambahkan.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>