Generasi milenial dan generasi Z merupakan sebutan bagi masyarakat yang lahir pada 1981 hingga 1998 dan awal 2000-an.
Karakteristik generasi ini adalah menempatkan kebahagiaan individu, pun lebih mementingkan berbagi ketimbang kepemilikan. Tak hanya itu, mereka juga sering memberikan pengaruh lewat ponsel dan media sosial.
Generasi milenial hingga generasi Z pun kini banyak yang hidup di Korea Utara. Pemimpin tertinggi negara itu, Kim Jong Un, bahkan tergolong dalam generasi milenial sebagai pria kelahiran 1984.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apakah karakteristik yang sama juga dialami generasi milenial dan Z di Korut?
Menurut peneliti di Institut Unifikasi Nasional Korea Selatan, Jeong Eun Mee, generasi dengan rentang usia tersebut disebut sebagai generasi jangmadang, dikutip dari KBS.
Generasi jangmadang sendiri merupakan sebutan bagi masyarakat yang lahir dan masih remaja kala Korut dilanda kelaparan parah pada pertengahan hingga akhir 1990-an.
Kala itu, pemerintah Korut tak memberikan kebijakan rasio pangan. Ini membuat warga Korut harus mencari cara agar bisa selamat dari kelaparan.
Warga Korut kemudian mulai bertukar barang untuk memenuhi kebutuhan mereka di pasar swasta, yang juga disebut jangmadang.
Penamaan generasi jangmadang muncul karena mereka sempat menjadi bagian dari pasar non-pemerintah kala kelaparan melanda.
Lihat Juga : |
Berdasarkan perkirakan, sebanyak 14 persen populasi Korut merupakan generasi jangmadang, dengan anggota sekitar 3,5 juta orang.
Sebagaimana diberitakan KBS, film dokumenter berjudul 'Jangmadang Generation' sempat diputar dalam Festival Film Internasional Hak Asasi Manusia Korut pada 2019. Narasumber di video itu mengatakan generasi jangmadang sedikit berbeda dengan generasi tua Korut.
Sementara itu, The Washington Post melaporkan bahwa runtuhnya sistem rasio pemerintah Korut kala kelaparan itu menyebabkan generasi jangmadang tumbuh menjadi lebih mandiri dan kapitalis, dikutip dari KBS.
Generasi jangmadang disebut-sebut juga tak merasakan keuntungan dari sistem sosialis Korut.
"Mudah untuk mengerti bahwa kolektivisme dan hukum terkait tak begitu bekerja pada generasi muda ini, dan tidak ada cukup ikatan untuk membawa kebersamaan pada mereka secara ideologis. Mereka mementingkan diri mereka dan keluarganya. Ini merupakan perubahan signifikan dari sisi persepsi," demikian laporan dari KBS.
"Tak hanya itu, generasi muda sangat bergantung pada pasar. Di masa lalu, warga Korut bisa mendapatkan kebutuhan hidup mereka selama mereka setia kepada negara. Namun, hari ini, mayoritas populasi bisa hidup lewat aktivitas pasar," lanjut laporan tersebut.
Berlanjut ke halaman berikutnya...